Married With My Bedfellow

Married With My Bedfellow [제 1회]

Tittle : Married With My Bedfellow (Chapter 1) | Author : himchanyeol | Main cast : Im YoonA & Park Chanyeol | Other cast : Kris Wu, Seo Yiahn, Oh Sehun | Genre : Romance, AU, hurt, drama | Rating : PG+21 | Length : Chapter

.

“No regret. But something wrong. I sleep with the devil” – Im YoonA

“My first mistake is protect her, and my last mistake is loves her” – Park Chanyeol

.

.

.

.

Park Chanyeol berjalan dengan tegas di lobby utama hotel Crown bersama beberapa pengikutnya. Beberapa pelayan hotel yang sedang bertugas di tempat yang dilewati pria itu langsung membungkukkan badannya hormat. Chanyeol melonggarkan dasinya yang membuatnya terasa sulit untuk bernapas. Pria bertubuh tinggi itu keluar dari hotel kemudian masuk ke sebuah rumah besar dan mewah yang tak jauh dari hotel.

“Manajer Ketua Park,” seorang pria paruh baya yang berdiri di depan sebuah pintu besar berjalan menghampiri Chanyeol dan membungkuk.

Chanyeol menatapnya dengan resah. “Bagaimana keadaan Presdir Im, Penasehat Park?”

“Presdir.. Presdir ingin bertemu dengan Tuan.”

Chanyeol mengangguk mengerti. Ia segera menyuruh para pengikutnya untuk menunggu di luar dan masuk ke dalam pintu besar berwarna putih itu. Chanyeol menghentikan langkahnya saat berhasil menemukan orang yang di carinya. Sedang terbaring lemah meregang nyawa seorang diri. Tampak terlihat kesakitan. Presdir Im menolehkan kepalanya sedikit ke arah Chanyeol yang masih terdiam di tempatnya.

“Manajer.. Ketua..”

“Presdir Im,” Chanyeol langsung bergegas menghampirinya dan duduk di samping Presdir Im. “Saya disini, Presdir.”

“..ini.. sudah saatnya.. sudah saatnya.. aku.. harus pergi..”

“Apa yang Anda bicarakan, Presdir? Bertahanlah, Dokter Lee akan segera datang.”

“..tidak.. Manajer.. Ketua..” Presdir mencoba menarik napas walaupun susah. “..Chanyeol..”

Chanyeol tercekat. “A-ah, iya.. Paman. Ada apa, Paman?”

“..kau.. harus berjanji.. padaku.. ku mohon..”

Napasnya terasa sesak melihat kondisi Presdir Im yang semakin melemah. Chanyeol menggenggam tangan Presdir Im lalu mengangguk. Mungkin tidak ada waktu lagi. “Baiklah, aku akan berjanji padamu, Paman.”

“..hotel ini.. kau harus menjaganya.. jangan sampai.. jatuh.. di tangan yang.. salah..”

“Apa?” dahi Chanyeol berkerut. Jantungnya berdegup dengan kencang. “Jangan sampai jatuh di tangan yang salah? Apakah ada masalah dengan hotel ini, Paman?”

“..kau.. harus percaya.. pada dirimu sendiri.. Chanyeol.. berhati-hatilah.. orang jahat.. akan selalu berada.. di sekitarmu..”

Chanyeol tak menjawab. Ia berusaha membaca maksud dari perkataan Presdir Im.

“..Jepang.. anakku..”

“Anak?” Chanyeol lebih mendekatkan kepalanya ke arah Presdir Im karena suara pria itu terdengar lemah dan semakin mengecil. “Ada apa dengan anakmu, Paman?”

“..aku serahkan ia.. padamu..”

Saat ia akan bertanya lebih jelas pada Presdir Im, pria itu sudah menutup kedua matanya dan tangannya terjatuh dari genggaman Chanyeol. Chanyeol menatapnya tanpa berkedip. Kedua matanya berkaca-kaca.

Presdir Im telah meninggal dunia.

“..jagalah Yoong-ku apapun yang terjadi, Chanyeol..”

.

.

.

.

Upacara pemakaman Presdir Im terasa cepat bagi Chanyeol. Kini semuanya sudah kembali seperti semula. Ia kembali duduk di kursi Manajernya dan bersiap untuk mengurus hotel hari ini. Meskipun ia masih merasa sedih atas kematian Presdir Im, namun ia tidak boleh lemah. Ia telah berjanji untuk menjaga hotel ini sekuat tenaganya. Dan juga, putri Presdir Im.

Seminggu telah berlalu semenjak hari kematian Presdir Im. Hari ini ia rapat pertemuan dewan dengan para pemegang saham hotel Crown. Chanyeol duduk di kursinya dengan tenang. Orang-orang tampak ramai membicarakan kursi Presdir yang telah kosong. Rapat pun di buka oleh Wakil Presdir.

“Hari ini, tepat seminggu kita telah membiarkan kursi itu kosong tanpa ada seseorang yang mendudukinya. Kita harus mencari Presdir terbaru untuk hotel ini.”

“Siapa yang akan menjadi Presdir selanjutnya?” tanya Direktur Seo.

“Kita harus mengadakan perhitungan suara untuk menentukan.” Ujar Direktur Wu, pemegang saham tertinggi di hotel Crown.

“Baiklah, semuanya tenang terlebih dahulu. Saya akan mengatakan kandidat calon Presdir terbaru.” Wakil Presdir menoleh pada Penasehat Park. Pria itu langsung membawakan sebuah berkas padanya. “Di dalam berkas ini, ada nama kandidat yang akan menjadi Presdir baru. Yang akan di bacakan oleh Manajer Ketua.”

Chanyeol terkesiap. Ia pun berdiri dan mengambil berkas itu dari tangan Wakil Presdir. Ia mulai membukanya. Matanya sedikit terbelalak karena ada satu nama disana. Yang sepertinya di tulis dengan rapih oleh mendiang Presdir Im.

“Im Yoona.”

.

.

.

.

Gadis cantik bernama Im Yoona itu berjalan anggun memasuki hotel Crown. Ia memakai mini dress biru langit yang terlihat pas di tubuhnya yang ramping dan indah. Yoona mengibaskan rambut panjangnya, lalu berhenti di depan meja resepsionis.

“Selamat datang di hotel Crown. Ada yang bisa saya bantu?”

Yoona melepaskan kacamata cokelatnya. “Aku ingin tinggal di rumah Ayahku.”

“A-ayah?”

“Nona Muda.” Penasehat Park berlari kecil menghampirinya. “Selamat datang, Nona.”

“Oh, Paman.” Yoona tersenyum lalu memeluk sekilas Penasehat Park. “Bagaimana kabarmu, Paman?”

“Saya sangat baik, Nona. Silahkan, Saya akan mengantar Anda ke rumah besar Presdir Im.”

Dengan di bantu oleh beberapa pelayan yang membawa koper besarnya, Yoona berjalan bersama Penasehat Park menuju rumah yang di maksud.

“Rumah yang bagus, Paman.” Ujar Yoona saat mereka memasuki halaman rumah itu. Rumah itu berwarna putih gading dengan design yang tidak biasa. Pilar-pilar besar tampak berbaris di halaman depan rumah itu. Di sisi kanan rumah ada sebuah taman besar yang cantik dengan kolam ikan besar di tengah-tengahnya.

“Tentu saja. Selama ini Presdir Im telah merawat rumah ini dengan baik. Ini adalah rumah impiannya bersama Nona dan cucu-cucunya nanti.”

Yoona tersenyum miris.

“Sesuai permintaan Presdir Im sebelumnya, kamar itu sudah di rapihkan kembali dan akan menjadi kamar utama rumah ini. Nona bisa menempatinya.” Tunjuk Penasehat Park pada ruangan dengan pintu berwarna putih. “Kalau begitu saya permisi dulu. Nona bisa menghubungi saya jika memerlukan apapun.”

“Terimakasih, Paman.”

Penasehat Park kemudian meninggalkan tempat itu bersama beberapa pelayannya. Yoona memperhatikan seluruh sudut kamarnya dengan seksama. Lagi, ia tersenyum miris.

“Ayah.. aku merindukanmu..”

Yoona duduk di atas karpet berbulu berwarna emas itu lalu terisak dengan bahu yang berguncang. Ia benar-benar telah kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupnya.

.

.

.

.

“Nona Muda telah sampai beberapa menit yang lalu.” Penasehat Park membungkuk ke arah Chanyeol. Pria itu meliriknya sekilas.

“Apa yang sedang ia lakukan sekarang?”

“Nona mungkin sedang beristirahat setelah perjalanan yang cukup panjang.”

Chanyeol menghela napasnya sembari memeriksa berkas yang sedang ia tangani. Kedua matanya menyiratkan perasaan lelah. “Dimana Wakil Ketua?”

“Beliau memilliki pertemuan penting dengan investor yang tidak mengikuti rapat pagi tadi.”

“Apa ada tugas untuk Saya selanjutnya?”

“Tidak ada. Jadwal Tuan kosong sampai malam hari. Ada yang ingin Tuan lakukan?”

Chanyeol sedikit menatap Penasehat Park tak yakin. Ia memejamkan matanya sesaat lalu kembali menatapnya. “Saya ingin bertemu dengan gadis itu.”

“Kalau begitu Tuan bisa melakukannya di acara minum teh bersama pada sore hari. Apakah Tuan ingin di tempat biasa?”

“Tidak perlu. Kurasa Saya saja yang pergi ke rumahnya.”

“Baiklah, Saya permisi.”

“Tolong berikan ini pada Sekretaris Oh. Katakan padanya untuk meminta laporan keuangan bulan ini pada Direktur Seo. Saya akan memeriksanya besok pagi.”

“T-tapi, bukankah itu pekerjaan Presdir..”

“Saya hanya ingin membantu. Lagipula,” Chanyeol mengusap dagunya. “Sampai saat ini tidak ada yang mengerjakannya. Saya takut itu akan menghambat perusahaan.”

Penasehat Park tersenyum kecil. “Saya mengerti.”

Chanyeol mengarahkan pandangannya pada sebuah figura foto kecil di atas meja kerjanya. Itu adalah fotonya bersama Presdir Im di acara ulang tahun perusahaan pada tahun lalu. Betapa bahagianya mereka pada saat itu. Chanyeol tersenyum tipis.

“Kau adalah pria yang sangat baik, Chanyeol.. aku mempercayakan semuanya padamu.”

“Saat melihatmu tiba-tiba aku merasa sangat rindu pada anakku.”

“Kau tahu, aku selalu berharap bahwa suatu saat nanti kau akan menjadi menantuku.”

Chanyeol menarik napas berat. Kedua matanya berkaca-kaca. “Paman..”

.

.

.

.

Beberapa menit telah berlalu setelah pelayannya mengantar dua cangkir teh hangat ke atas mejanya saat Chanyeol melihat seorang gadis cantik keluar dari kamar yang sangat di kenalinya. Dengan segera ia berdiri lalu membungkuk hormat. Gadis itu menatap ke arahnya.

“Selamat sore, Nona.”

Yoona mengangguk kecil lalu mengambil tempat di hadapan Chanyeol. Pria itu kembali pada kursinya.

“Bagaimana perasaan Anda?”

“Apakah kau orang yang sangat dekat dengan Ayahku?”

Benar-benar jawaban yang tidak ada hubungannya dengan apa yang ditanyakan oleh Chanyeol. Pria itu sedikit mengernyit, raut wajah Yoona berubah serius.

“Maaf?”

“Ah, tidak.” Yoona tersenyum tipis. Ia melirik dua cangkir teh di atas meja yang masih mengeluarkan sedikit uap panas.

“Silahkan di minum.”

Chanyeol dan Yoona mengambil cangkir teh mereka kemudian menyesapnya sedikit. Chanyeol memperhatikan gadis itu saat ia sedang menempelkan ujung cangkir pada bibirnya. Yoona tampak mengenakan gaun tidur panjang berwarna putih yang sangat tipis. Tiba-tiba ia merasa sesuatu seperti menyumbat tenggorokkannya. Seperti ada yang menggelitik dalam tubuhnya. Chanyeol sedikit melonggarkan dasinya.

Gadis itu kembali menatapnya. “Jadi kau.. Manajer Ketua hotel ini?”

“Benar.” Chanyeol mengubah posisi duduknya karena merasa tidak nyaman. Entah mengapa ia menjadi sangat resah hari ini.

“Apa yang kau kerjakan?”

“Saya mengatur keadaan di hotel setiap hari. Memeriksa dokumen-dokumen penting dan mencari ide-ide baru agar para pelanggan mendapatkan rasa kepuasan mereka masing-masing. Sesekali saya membantu pekerjaan Presdir jika beliau sedang berhalangan.”

“Jadi.. kau senang kini Ayahku sudah tidak ada?”

“Apa?” Chanyeol langsung menatap ke arah gadis itu karena perkataannya barusan. Yoona menatapnya menyelidik, senyum miring terulas di bibir tipisnya. “Apa maksud Anda?”

Yoona beranjak dari tempatnya dan menghampiri Chanyeol. Lebih tepatnya duduk di pangkuannya secara tiba-tiba. Chanyeol menatapnya dengan mata yang sedikit terbelalak. Yoona mengalungkan tangannya di leher Chanyeol lalu menatap pria itu tajam.

“Kau bilang, kau selalu ingin membuat para pelanggan hotel ini mendapatkan rasa puas. Dapatkah kau melakukannya padaku juga?”

Chanyeol mencoba melepaskan tangan Yoona. Sedikit merasa lega karena hanya ada mereka berdua di rumah itu. “Jangan seperti ini, Nona. Anda bisa membuat mereka salah paham.”

“Salah paham katamu?” ucap Yoona dengan suara tinggi. “Jadi apapun yang kau lakukan pada Ayahku hanya salah paham?!”

Kini Chanyeol tak dapat menahan emosinya ketika gadis itu mulai berteriak marah padanya. Ia benar-benar tak mengerti dengan maksud Yoona yang sepertinya sedang memojokkannya. Senang katanya? Dia bahkan tak tahu bahwa Chanyeol menghabiskan malamnya hanya dengan menangis setelah Presdir Im tiada.

“Jaga sopan santun Anda, Nona. Anda adalah orang baru disini.”

“Aku tidak akan membiarkanmu mengambil hotel ini dari Ayahku!”

Chanyeol bisa merasakan miliknya yang sudah mengeras mengenai paha gadis itu. Rasa panas itu menyerangnya, membuatnya ingin berlari secepat mungkin untuk meredakannya. Berada di dekat gadis itu terasa gelisah baginya. Ada apa ini? Apakah dia memiliki hasrat pada Yoona? Chanyeol mencoba menghilangkan semua pikiran-pikiran erotisnya lalu kembali fokus pada gadis di pangkuannya.

“Nona—“

“Aku tahu, kau dari awal mendekati Ayahku karena hanya ingin hartanya! Kau adalah seorang pria yang sangat ku ketahui! Kau buta akan harta! Dan, bisa ku yakini satu hal. Kau pasti akan tergiur pada seorang gadis yang dengan rela menawarkan keperawanannya dengan cuma-cuma kepadamu!!”

“Kau!” Chanyeol mendorong tubuh Yoona hingga terjatuh dan berjalan menjauh dari gadis itu. Demi apapun ia tidak bisa berada di dekat gadis itu jika ia tidak ingin sesuatu terjadi di antara mereka. Chanyeol mencoba membelakanginya, menghindari tatapan mata dengan Yoona yang akan membuat dirinya tidak dapat menahan diri.

“Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan hotel ini! Kau tidak bisa! Aku tidak akan pernah memberikannya padamu! Aku akan melindungi mimpi Ayahku! Hotel ini!!” Yoona berjalan ke arah Chanyeol dan membalikkan tubuhnya. Dengan gerakan cepat ia melepaskan gaun tidurnya sehingga kini Chanyeol dapat melihat pakaian dalam yang di pakai oleh gadis itu. Matanya kembali terbelalak.

“Apa yang kau lakukan?!”

“Kau senang bukan ada yang menawarkan keperawanannya padamu dengan mudah?! Baik, aku akan menyerahkannya padamu. Setelah itu kau harus meninggalkan hotel ini! Pergilah menjauh dari kehidupanku dan mimpi Ayahku, brengsek!!”

Chanyeol menampar gadis itu. Emosinya sudah benar-benar meninggi dan ia tidak dapat menahan dirinya lagi. Ia menarik tangan Yoona masuk ke dalam kamar berpintu putih itu. Melemparnya ke atas ranjang lalu mengunci pintu kamar dengan keras.

“Aku terima permainanmu, Nona Muda! Asal kau tahu, aku tidak pernah kalah dalam suatu permainan. Kau tidak bisa lari kemana pun mulai saat ini! Akan ku buat kau menyesal karena telah mengucapkan kata-kata itu!”

Dengan cepat Chanyeol menindih tubuh Yoona lalu melumat dengan kasar bibir tipis gadis itu. Awalnya Yoona menunjukkan penolakan. Namun saat Chanyeol sedikit bermain kasar dengan mencengkeram kedua tangan gadis itu, Yoona langsung terdiam. Chanyeol tidak akan pernah menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian ini. Salahkan pada gadis itu yang telah membuat pertahanannya runtuh. Pertahanan yang entah sejak kapan menutupi hasratnya ketika ia menatap ke arah gadis bermata rusa itu.

.

.

.

.

Chanyeol meraba punggung polos Yoona, membiarkan jemarinya mengelus kulit gadis itu dalam perjalanan kembali. Gadis itu tampak membelakanginya. Bukan karena tertidur, Chanyeol tahu bahwa gadis itu masih terjaga. Ia menyampirkan rambut gadis itu yang basah ke bahunya dan membuat lingkaran-lingkaran kecil di kulit punggungnya.

Yoona mendesah pelan, sangat pelan seperti berbisik. Chanyeol dapat merasakannya sampai ke perut. Pria itu mencium telinganya. Yoona bergetar, berusaha untuk tidak memedulikan sentuhan-sentuhan itu. Namun pria itu tidak mau berhenti menciumnya, membuatnya sedikit kalut. Yoona tak dapat berpikir, ia tak dapat bernapas. Hanya bisa merasakan sensasi kenikmatan itu. Benarkah?

Tak pernah terpikirkan oleh Chanyeol untuk menginginkan gadis ini. Chanyeol menginginkan gadis ini yang telah menggodanya walaupun itu sama sekali tidak ada niat sedikit pun di baliknya. Gairah dan hasratnya meninggi saat ia berada di dekat gadis itu. Rasa terbakar di tubuhnya akan terasa meskipun Chanyeol hanya menatap mata gadis itu. Seperti tidak peduli, Chanyeol tak memikirkan lagi status di antara mereka. Dia hanya memikirkan hasratnya, gairahnya yang ingin terus di puaskan oleh gadis bermarga Im itu. Apapun yang terjadi.

Sebelah tangan Chanyeol menarik tubuh gadis itu agar menghadap ke arahnya. Kembali meraup bibir merah muda yang selalu menggodanya di saat pertemuan pertama mereka beberapa jam yang lalu. Yoona membiarkan pria itu kembali menyentuh seluruh kulit tubuhnya. Terasa bergetar karena ia pertama kalinya melakukan ini. Walaupun rasanya sia-sia saja jika ia mencoba untuk menghentikan semuanya. Jika begitu, seharusnya ia menghentikannya dari awal, bukan?

Gadis itu mendorong tubuh Chanyeol lalu menatapnya dengan mata setengah tertutup. Ia kehabisan oksigen, pria itu bahkan sepertinya tak merasakan apa yang di rasakan olehnya. Yoona kembali membelakangi Chanyeol. Merasa aneh karena jantungnya terasa berdegup kencang dengan tiba-tiba. Ia mencoba untuk tertidur. Tidak, seharusnya ia beranjak dari tempat itu. Lagi, Chanyeol menyentuh bahunya lalu turun mengenai jemari lentiknya. Di tariknya jemari itu, di tatapnya dengan gairah yang penuh.

Tiba-tiba Yoona balik menarik tangan Chanyeol dan mengarahkannya pada dadanya. Keduanya mengkilat marah. Sepertinya pria itu mulai menikmatinya karena saat ini ia sedang meremas dan memainkan dadanya. Yoona menutup matanya sembari mengambil oksigen dalam waktu lama. Ini tidak akan mudah! Bergerak, dengan cepat ia membalikkan badannya lalu mencium Chanyeol. Pria itu sedikit terkejut dengan perlakuan tiba-tiba dari gadis itu. Namun tidak ada penolakan sedikit pun di antara mereka. Yang dapat Chanyeol lakukan saat ini adalah menyentuhnya. Menandai gadis itu di manapun sesukanya. Menikmatinya dengan rasa puas dalam tubuhnya.

.

.

.

.

Hotel tampak lebih ramai pagi itu karena berita tentang kedatangan putri mendiang Presdir Im. Beberapa mengatakan bahwa putrinya memiliki wajah yang rupawan seperti malaikat. Kulitnya yang seputih susu dan cara berpakaiannya seperti seorang Miss Korea baru. Mereka sibuk dengan argumen masing-masing dan berusaha melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri.

Kini para pelayan dan petugas hotel lain diam-diam memperhatikan rumah mewah Presdir Im dari kejauhan. Berharap dapat menemukan sesosok gadis cantik yang keluar dari rumah itu.

“Apakah gadis itu sudah bangun?”

“Namanya Yoona, ya?”

“Sepertinya ia gadis yang cantik.”

“Kurasa begitu. Ah, semoga saja dia gadis yang memiliki sifat seperti Ayahnya.”

Oh Sehun—sekretaris pribadi Chanyeol—yang sedang berjalan melewati rumah Presdir Im, tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika melihat beberapa orang dalam yang sedang menyembunyikan diri di dekat gerbang dengan wajah penuh harap. Pria itu membelalakkan matanya. Jika Chanyeol tahu apa yang sedang mereka lakukan, dia bisa marah besar.

“Hey! Apa yang kalian lakukan?”

Sepertinya mereka tak sedikit pun mendengar perkataan Sehun karena pintu besar rumah Presdir Im terlanjur terbuka. Ia tak dapat berkata apa-apa saat melihat pemandangan di depannya, termasuk orang-orang dalam yang kini terlihat sangat terkejut. Chanyeol tampak keluar dari rumah itu dengan pakaian kusut dan rambut yang sedikit acak-acakkan. Tidak dapat di pungkiri lagi, kini pertanyaan mereka hanya satu dan sama.

Kenapa Park Chanyeol bisa keluar dari rumah Presdir Im di pagi buta yang hanya di huni oleh Im Yoona?

.

.

.

.

“..keuangan kita bulan ini meningkat drastis berkat semua kerja keras Hyeong. Tadi aku sempat bertemu dengan Wakil Presdir. Beliau memuji keahlian Hyeong, sepertinya ia sangat senang. Setelah makan siang nanti Wakil Ketua ingin bertemu denganmu. Kau tidak ada pekerjaan bukan setelah jam makan siang?”

Chanyeol mengangguk mengerti. Ia segera mengembalikan berkas keuangan pada Sehun setelah menanda tanganinya. “Siapkan mobil untuk jam dua belas nanti. Aku ingin makan siang di luar sekaligus mencari ide untuk menu baru.”

“Baik.” Sehun tetap berdiri tanpa sedikit pun berbalik untuk pergi. Chanyeol mengangkatkan kepalanya dan menatap Sehun bingung.

“Ada apa?”

“Apakah tidurmu nyenyak semalam?”

Mendengar apa yang di katakan Sehun barusan, tiba-tiba wajah Chanyeol memanas dan pipinya memerah. Pria itu berdeham. Di tatapnya Sehun yang mengintimidasinya.

Hyeong pergi ke rumah mendiang Presdir, kan?”

“Bukan urusanmu.”

Sehun menyipitkan matanya. “Kurasa Hyeong belum juga pulang saat penjamuan sore kemarin. Hyeong tidur di rumah—“

“Sudah kubilang bukan urusanmu! Pergilah, aku masih banyak pekerjaan.”

“Baiklah.” Sehun membungkuk dan pergi meninggalkan ruangan Chanyeol. Ia kini tahu apa yang telah terjadi antara Chanyeol dan Yoona semalam.

Sepeninggal Sehun, Chanyeol menarik napas panjang lalu menyandarkan punggungnya pada kursi besarnya. Ingatan tentang semalam kembali terbayang dipikirannya. Entah kenapa dia sangat menikmati kejadian itu. Ia seperti memiliki hasrat tersendiri untuk gadis itu. Perasaannya akan gelisah ketika ia menatap sepasang mata rusa itu. Im Yoona memang gadis yang cantik dan mempesona, namun bukan itu alasan Chanyeol sangat ingin mendekati gadis itu. Ia.. benar-benar tak mengerti dengan dirinya sendiri. Jantungnya berdegup dengan kencang.

Chanyeol menginginkan gadis itu.

.

.

.

.

Pintu ruangan Wakil Presdir di ketuk dengan pelan. Chanyeol lalu masuk ke dalam ruangan itu dan menemukan sosok yang ingin ditemuinya sedang duduk santai di atas sofa dengan secangkir kopi di atas meja. Pria itu membungkuk pelan, Wakil Presdir tersenyum dan langsung mempersilahkannya duduk di hadapannya.

“Apa yang ingin Anda bicarakan dengan Saya?”

Wakil Presdir atau bernama lengkap Park Kyungji itu mengibaskan tangannya ke arah Chanyeol. “Jangan bicara formal seperti itu. Bagaimana pun, kau masih anakku.”

Chanyeol berdeham kecil. “Kalau begitu langsung katakan saja. Aku tahu Ayah memiliki jadwal yang padat.”

“Yaah.. sebenarnya aku hanya ingin mengucapkan selamat atas kerja kerasmu. Kau benar-benar anakku. Kita sangat mirip.”

“Oh?” Chanyeol mengangkat sebelah alisnya. “Kalau begitu aku pergi.”

“Jadi, kau tidak ingin menceritakan kejadian menyenangkanmu tadi malam?”

Chanyeol yang saat itu akan beranjak berdiri sontak menjatuhkan kembali dirinya ke atas sofa setelah mendengar perkataan yang di ucapkan oleh Kyungji. Pria itu menatap tajam pada Ayahnya, mulai tak suka jika urusan pribadinya di ikut-campurkan. “Apa maksudmu?”

“Mungkin para pegawai hotel masih tidak mengerti kenapa kau keluar dari rumah utama pada pagi hari dengan pakaian yang sama yang kau pakai kemarin. Tapi aku tahu, kau pasti sedang berusaha untuk mendapatkan hati gadis itu.”

“Ayah.”

Kyungji tersenyum miring. “Seleramu bagus juga. Jika kau ingin memiliki gadis itu, kau harus berkorban sedikit. Itu adalah syaratnya.”

“Apa yang kau bicarakan? Aku tidak seperti itu.”

“Benarkah? Kau pasti tidur dengan gadis itu semalam.” Kyungji mempertajam tatapannya lalu menyesap kembali kopinya dengan pelan. “Kau sudah berusaha keras meskipun memilih jalan yang sedikit licik.”

“Ayah!” kedua mata Chanyeol menyala karena marah. “Apapun yang kulakukan, itu sama sekali bukan urusanmu. Kecuali jika itu adalah urusan hotel. Jadi jangan pernah ikut campur karena aku tidak akan membiarkannya.”

Kyungji tertawa pelan mendengar jawaban Chanyeol. “Kau sudah besar sekarang, Chanyeol. Biasanya seseorang akan mengatakan hal itu pada Ayahnya jika ia sudah beranjak dewasa. Kurasa kau juga sudah memiliki umur yang cukup untuk menikah.”

“Aku pergi.” dengan dingin Chanyeol berdiri lalu berjalan ke arah pintu. Saat ia akan menarik handle pintu, perkataan Kyungji kembali menghentikannya.

“Sebentar lagi. Sebentar lagi, Chanyeol. Kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan dengan mudah.”

.

.

.

.

Tiga bulan telah berlalu semenjak Yoona di rekrut sebagai Presdir hotel Crown yang baru. Gadis itu melakukan tugasnya dengan baik walaupun sesekali sedikit melakukan kesalahan karena dia adalah orang baru di kehidupan hotel itu. Yoona dikenal sebagai Presdir yang ramah dan juga peduli pada anak-anak. Semua pegawai hotel sangat menyukainya. Begitu pun dengan Penasehat Park yang selalu membantunya menangani tugas-tugasnya. Yoona sangat ramah dan selalu tersenyum kepada siapapun. Namun sampai saat ini hanya satu orang yang tidak diperlakukannya seperti itu. Pria yang sangat di bencinya. Teman tidurnya—Park Chanyeol.

Tak ada yang tahu hubungan Yoona dan Chanyeol hanya dekat saat mereka di atas ranjang. Mereka selalu bertemu setiap malam. Berbicara dengan dingin, bertengkar hebat, lalu berakhir di atas ranjang. Hanya gairah yang mereka salurkan satu sama lain. Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan mereka. Chanyeol pun masih bingung dengan dirinya sendiri sampai saat ini. Sehun yang merasa curiga tidak pernah berhenti untuk mengetahui kebenaran yang terjadi pada pria itu. Dan dengan jawaban yang sama, Chanyeol menolak mengatakan apapun.

Gadis itu sangat marah saat tahu bahwa ia adalah orang yang sangat dekat dengan mendiang Presdir Im. Yoona begitu membencinya hingga menyerahkan dirinya sendiri demi mimpi Ayahnya. Hotel Crown. Chanyeol tak mengerti, ia bukan ingin merebut hotel itu dari pemiliknya. Dia hanya ingin melindunginya. Seperti apa yang dilakukan oleh Presdir Im sebelumnya. Chanyeol mencintai Crown, maka dari itu dia tidak ingin Yoona berpikir negatif padanya tentang hotel itu. Lagipula ia sudah berjanji pada Presdir Im untuk melindungi Crown dan juga… Im Yoona.

“Jadi, sekarang kau senang telah memperlakukanku seperti wanita murahan?”

Chanyeol sedang melamun saat ia melihat sosok Yoona yang masuk ke dalam rumahnya. Pria itu langsung menegakkan tubuhnya, selama ini Yoona tidak pernah datang ke rumahnya.

“Apa yang kau lakukan disini?”

“Mengunjungimu, mungkin.” Yoona menaruh tas kecilnya di atas meja lalu menyampir mantelnya di sembarang tempat.

Chanyeol memperhatikan gerak-gerik Yoona. Gadis itu terlihat dingin walaupun kedua pipinya memerah. Ia menahan napasnya lalu menghampiri Yoona yang sedang melihat-lihat isi rumahnya.

“Pergilah. Kau tidak boleh berada disini.”

Yoona menghentakkan tangan Chanyeol yang memegang lengannya. “Rumah ini adalah bagian dari hotel. Dan hotel ini adalah milikku, aku adalah Presdir disini. Seharusnya kau lebih hormat padaku.”

“Terserah kau saja.” Chanyeol kembali ke tempatnya semula dan mencoba untuk tidak mempedulikan gadis itu.

“Apa saja yang sudah Ayahku berikan padamu? Tanah? Villa? Kau terlihat sangat kaya, kau pasti berhasil karena Ayahku. Ck, pintar sekali.”

“Hentikan.” ucap Chanyeol cepat dengan dingin. “Aku tidak pernah memanfaatkan Presdir Im sekalipun. Jangan bicara yang tidak-tidak.”

Yoona mendengus keras. “Dasar tidak tahu terimakasih. Ingat, aku tidak akan pernah membiarkan kau mendapatkan apa yang kau inginkan! Sedikit pun!”

“Mari kita hentikan sekarang juga.”

“Tidak. Kau tidak akan pernah berhenti.”

“Pergi sekarang atau kau akan menyesal karena telah membuatku marah.” Chanyeol berusaha untuk tetap tenang. Namun keringat dingin itu terus mengalir membuatnya resah. Ia melonggarkan sedikit dasinya, tiba-tiba udara di ruangan itu berubah panas.

“Apa? Apakah kau akan menyerangku lagi?” Yoona menatap Chanyeol dengan tatapan merendahkan. “Dasar licik! Pergilah ke neraka!”

Pria itu tidak bisa menahan diri lagi, terutama saat melihat pakaian yang dipakai oleh gadis itu. Yoona hanya memakai sebuah baju terusan panjang tanpa lengan yang sangat tipis berwarna hitam. Chanyeol menelan ludahnya dengan susah. Dia benar-benar tidak bisa menahannya. Dengan gerakan cepat ia menghampiri gadis itu lalu mencium bibirnya dengan paksa.

Yoona menunjukkan penolakan dengan mendorong dan memukul dadanya. Namun tidak ada reaksi sama sekali. Gadis itu akhirnya terdiam setelah Chanyeol memeluk pinggangnya dengan erat dan menciumnya lebih dalam. Lalu mereka kembali melanjutkannya di dalam kamar yang dingin dan kedap suara.

.

.

.

.

Dua jam setelah kejadian di dalam rumahnya dengan Yoona, Chanyeol di beritahukan Sehun bahwa tiba-tiba para pemegang saham memintanya untuk mengadakan rapat yang sangat pribadi. Awalnya ia sempat merasa bingung karena baru kali ini mengadakan rapat seperti itu. Namun ia tidak ingin ambil pusing, mungkin saja mereka hanya ingin membicarakan tentang hotel seperti biasanya.

Dan ia akan kembali bertemu dengan Yoona. Mengingat gadis itu membuat gairahnya meninggi—lagi.

Ruang rapat cukup ramai saat Chanyeol membuka pintu lalu berubah hening saat ia duduk di kursinya di hadapan Kyungji. Ayahnya itu menatapnya dengan senyum miring, Chanyeol merasa curiga di balik senyuman itu. Pasti ia telah melakukan sesuatu.

Lalu rapat pun di mulai tanpa kehadiran Yoona karena seperti yang di beritahukan oleh Penasehat Park, Presdir mereka sedang menemui pengunjung penting dari China. Yoona pun berjanji akan datang sebelum rapat itu berakhir.

“Langsung saja, Saya ingin memberitahukan tentang masalah yang terjadi pada hotel tadi malam.”

Mendengar kata masalah, ruangan kembali ramai dengan saling membisikkan untuk menanyakan apa yang terjadi. Direktur Wu, selaku pembicara, langsung kembali melanjutkan ucapannya.

“Malam tadi, tepatnya pukul sepuluh malam, ada seseorang yang membocorkan rahasia terpenting hotel pada seorang pemuda yang akan menjualnya ke negara Jepang. Apakah Anda semua tahu apa yang akan terjadi jika rahasia hotel kita sampai di ketahui oleh negara lain?” pandangan mata Direktur Wu seketika berubah sangat dingin. “Hotel Crown akan hancur dalam sekali kedipan mata.”

Kedua mata Chanyeol melebar dengan cepat. “Apa? T-tidak mungkin.”

Kyungji hanya tersenyum di sampingnya. Lalu pandangan Direktur Wu terarah pada Chanyeol.

“Manajer Ketua, Saya telah memeriksa semua orang yang terlibat dalam rahasia itu dan mencari tahu apa saja yang mereka lakukan sejak tiga bulan terakhir ini melalui berkas-berkas pekerjaan dan beberapa saksi orang lain. Semuanya bersih. Hanya Anda yang belum saya periksa. Jadi, apa yang Anda lakukan tiga bulan terakhir ini?”

Dahi Chanyeol berkerut marah. Jika dipikir-pikir, semua itu memang tepat. Tentang kata-kata Ayahnya saat itu yang memberitahunya tentang kalimat yang tidak di mengertinya. Tepat tiga bulan sejak hari itu jika di hitung sampai hari ini. Rupanya Kyungji akan menjebaknya. Apa yang akan dilakukan oleh pria paruh baya itu? Chanyeol menoleh pada Kyungji dengan tatapan tajam. Ayahnya itu hanya tersenyum mengejek lalu mengangkat bahu.

“Di lihat dari ekspresi Anda, sepertinya Anda tidak bisa menjawabnya.” Suara Direktur Wu terdengar pelan dan tenang, namun tatapannya sangat tajam hingga membuat siapapun yang melihatnya akan menciut. Kecuali seorang Park Chanyeol. Dia tidak pernah takut pada siapapun.

“Saya tidak melakukan apapun yang mencurigakan.”

“Saya mendapat informasi dari Direktur Kang, sepanjang malam selama tiga bulan terakhir ini kau selalu tidak ada di rumah. Kemana Anda pergi? Kalau memang Manajer Ketua merasa benar, tolong jawablah dengan sangat jujur.”

“Jadi Direktur Wu menuduh Saya yang melakukannya?” seru Chanyeol sedikit meninggikan volume suaranya. Direktur Wu berdeham kecil.

“Anda terlihat mencurigakan akhir-akhir ini. Banyak pegawai yang jarang melihat Anda di hotel. Tidak mungkin jika Anda melakukan perjalanan yang terlalu banyak melebihi tugas seorang Presdir.”

Benar-benar skak mat! Selama ini ia menghabiskan malam bersama Yoona di rumah utama. Mana mungkin ia mengatakan pada orang-orang itu bahwa ia bercinta sepanjang malam dengan Presdir mereka. Jika ia mengatakannya, mereka akan menyangka bahwa Chanyeol sedang merayu Yoona untuk mendapatkan hotel. Lagipula gadis itu membencinya, itu akan memperkuat dugaan mereka.

Chanyeol mengepalkan kedua tangannya kemudian memejamkan matanya sesaat. “Saya…”

.

.

.

.

“Nona Presdir.”

Yoona berhenti menarik handle pintu ruang rapat lalu menoleh ke arah Penasehat Park yang berjalan ke arahnya. Gadis itu langsung tersenyum. “Paman. Ada apa?”

“Apakah pertemuan Anda berjalan dengan lancar?”

“Tentu saja. Aku dapat mengaturnya dengan baik.” Yoona tersenyum kecil. “Paman, apakah kau akan masuk ke dalam juga?”

“Nona, sebenarnya..” Penasehat Park menatap Yoona dengan ragu. “..sebenarnya ada yang ingin Saya katakan pada Anda.”

Yoona sedikit mengerutkan dahinya mendengar perkataan pria paruh baya itu. “Baik, Paman bisa langsung mengatakannya.”

“Nona.. harus menikah dengan Manajer Ketua.”

.

.

.

.

Tiba-tiba Direktur Min berdeham pelan membuat Chanyeol menghentikan ucapannya. Wanita cantik itu menatap Chanyeol dengan mata tajamnya.

“Sekretarisku sering melihat kau keluar-masuk rumah utama di malam hari. Bukankah itu rumah Nona Presdir? Apa yang Anda lakukan disana?”

Chanyeol mematung di tempatnya. Apakah semua orang kini telah melihatnya sering mengunjungi Yoona di rumah utama? Kenapa ia bodoh sekali? Seharusnya ia lebih berhati-hati. Terutama pada CCTV hotel yang terlalu banyak itu.

“Ehm, itu.. Saya—“

“Anak Saya dan Nona Presdir telah saling jatuh cinta.” Kyungji memotong ucapan Chanyeol dengan cepat. Pria itu langsung melebarkan matanya mendengarkan perkataannya. “Jadi setiap malam selama tiga bulan terakhir ini Chanyeol pergi ke rumah utama untuk bertemu dengan kekasihnya.”

“Wakil Ketua.” Chanyeol mendesak Kyungji untuk menghentikan perkataannya. “Itu tidak—“

“Jadi Anda benar-benar sedang mendekati Nona Ketua?” Direktur Wu kembali berujar. “Jika berita ini sampai di dengar oleh pengunjung hotel dan publik, harga pasar hotel Crown akan merosot karena berita Manajer Ketua hotel Crown yang selalu mengunjungi Presdir hotel di rumahnya setiap malam.”

“Saya memiliki alasan pribadi untuk itu.”

“Tentu saja.” Kyungji menambahkan. “Bukankah Saya sudah bilang kalau mereka adalah sepasang kekasih?”

Chanyeol mengelak dengan cepat. “Wakil Ketua! Saya mohon hentikan!” ia benar-benar malu mendapatkan tatapan mengintimidasi dan wajah tak percaya dari semua pemegang saham di ruangan itu. Ia melotot ke arah Kyungji, mengucapkan kalimat ‘aku akan menemuimu nanti’ tanpa suara kepadanya.

“Jika Anda memang tidak membocorkan rahasia hotel pada orang lain, Anda harus mengatakan dengan jujur alasan Anda sebenarnya jarang terlihat di hotel tiga bulan terakhir ini. Seperti yang di katakan oleh Direktur Wu tadi, Anda memang terlihat sangat mencurigakan, Manajer Ketua.”

Meskipun Direktur Min mengatakannya dengan lembut, tatapannya semakin menajam pada Chanyeol. Itu berarti wanita itu sangat marah pada Manajer Ketua hotel yang sangat tidak bertanggung jawab pada pekerjaannya dan mulai keluar dari batas yang ditentukan. Direktur Min memang bukan pemegang saham tertinggi di hotel Crown, namun keberadaannya sangat penting untuk mengatur kelancaran kerja sama hotel dengan para pengunjung.

Chanyeol menarik napas dengan panjang. Dia tidak tahu apakah jawaban yang akan ia berikan ini akan berdampak baik atau buruk padanya. Ia akan membawa Yoona dalam masalah ini dan ia akan menerima semua cacian yang di keluarkan oleh gadis itu. Jika ia berhasil di tuduh sebagai orang yang membocorkan rahasia itu, maka janjinya pada mendiang Presdir Im akan sia-sia. Dan Chanyeol tak ingin itu sampai terjadi.

“Saya.. telah memiliki hubungan serius dengan Nona Presdir. Kami akan menikah minggu depan.”

Kyungji tertawa puas. “Kalau sudah seperti itu, Manajer Ketua memang harus menikahi Nona Presdir.” Pria paruh baya itu melemparkan sebuah map coklat tipis ke atas mejanya. “Saya mempunyai buktinya. Dan itu sedikit mengejutkan.”

Direktur Wu yang duduk di samping Kyungji langsung mengambil map itu lalu membukanya. Ada selembar kertas putih berisi data seseorang dan informasi, ia langsung membacanya dengan cepat. Seketika, kedua matanya melebar sempurna.

“Apa ini?!”

Chanyeol mengerutkan dahinya melihat Direktur Wu yang sangat terkejut melihat isi dari kertas itu. Ia lalu melirik Kyungji yang tetap terlihat tenang di kursinya. “Apa? Ada apa Direktur Wu?”

“Anda.. Anda telah membuat Nona Presdir hamil?! Apakah Anda sudah gila?!”

“Apa?!” sontak wajah Chanyeol memucat seketika. Tidak percaya akan kebenaran yang baru saja di dengarnya itu.

TBC

32 thoughts on “Married With My Bedfellow

  1. Benar2 mendebarkan.
    BTW.. Kenapa Yoona baru pertama kalai bertemu Chanyeol langsung gak suka gitu?? Tiba2 Menuduh tanpa bukti, dan menyerahkan keperawanannya hanya demi menjaga Perusahaan. Sedikit ekstrem sih menurutlku. Tapi overall aku suka sama fanficnya. Lanjutannya ditunggu ya??

    Like

  2. Uh? Hamil?
    Aku sedikit lucu sih sma chanyoon yg selalu bertengkar tpi berakhir di ranjang haha
    Ff nya bagus thor, aku suka dn penasaran
    Next soon

    Like

  3. Anju, Yoona hamil. Wayoo!! Tanggung jawab kamu say ~> Chanyeol. Lol
    Chanyeol apa banget dah masa iya asal ketemu yoona bertengkar eh ujung ujungnya nganu–”
    Wkwkwk… Next *ninggalinjejak ya thor

    Like

  4. Yaampun! Setelah sekian lama mengudara di blog ini, bener2 tidak menyadari bahwa ada cerita semenarik ini.he.he pokox penasaran dengan kelanjutanx. Semangat ya

    Like

  5. annyeong aku reader baru, izin baca ff kamu ya..
    ff nya keren walaupun sedikit bingung sama sifat mereka masing2 tapi kayanya ini lebih banyak ke part chanyeolnya yah.. tapi mau gimana pun ttp suka ko..

    Like

  6. Hai thor :). Salam kenal. Dapet alamat wp kakak dari kak risma (cloverqua). Btw, Karena Udah ada lanjutan ff ini. Mungkin comentnya gak disetiap chapter :D. Keburu penasaran :). Mian 😉

    Liked by 1 person

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.