Bad Romance (벧 로맨스)

Author | Main cast : Im Yoona, Park Chanyeol, Lee Donghae, Hwang Miyoung | Other cast : Find by yourself | Genre : Angst, romance | Rating : T | Length : Oneshoot | Author : himchanyeol | Backsounds : M To M – This Is Really Goodbye, Seo In Guk – Bad

.

.

.

.

Oppa, besok adalah ulang tahunku. Oppa ingat, kan?”

Donghae menoleh menatap kekasihnya, Yoona, dan tersenyum. “Tentu saja.”

“Apakah aku akan mendapatkan hadiah? Tahun lalu aku tidak mendapatkan apa-apa.”

“Ha ha, dasar kau.” Donghae mencubit hidung Yoona gemas lalu memeluknya. “Aku telah menyiapkan sebuah hadiah besar untukmu. Kau pasti akan terkejut.”

“Benarkah?” seru Yoona antusias. Donghae mengangguk pelan. “Terimakasih, Oppa. Aku mencintaimu!”

Malam harinya. Donghae dan Yoona makan malam bersama dengan penuh kesederhanaan. Di atas meja hanya tersaji semangkuk nasi dingin dan kimchi sisa kemarin. Tetapi mereka tak mempedulikannya. Bagi mereka, makanan itu akan terasa nikmat bila di makannya bersama-sama.

Donghae menatap Yoona yang begitu asyiknya bercerita tentang keluarganya. Yoona adalah seorang gadis yatim-piatu. Awal mereka bertemu adalah empat tahun lalu saat mereka sedang berada di pasar Donghae. Yoona yang saat itu mengetahui nama Donghae adalah Lee Donghae, langsung menertawakan laki-laki itu karena namanya sama persis dengan sebuah pasar. Donghae hanya merenggut dan berseru tak suka. Sejak kejadian itu, mereka sering bertemu dan akhirnya menjadi sepasang kekasih.

Donghae menyingkirkan anak rambut Yoona yang berusaha menutupi wajah cantik gadisnya. Yoona begitu nyenyak terlelap di pelukan Donghae. Laki-laki itu tersenyum dan mengeratkan pelukannya. Namun tiba-tiba raut wajahnya berubah sedih ketika mengingat hari esok. Di tatapnya sekali lagi wajah cantik Yoona sebelum laki-laki itu juga ikut terlelap dengan perasaan gelisah.

“Maafkan aku..”

.

.

.

.

Yoona berlari-lari di padang rumput yang terbentang luas dengan perasaan gembira. Gadis itu tampak cantik menggunakan dress selutut berwarna peach dan pita putih yang mengikat rambut panjangnya. Yoona tersenyum. Angin yang terasa sejuk menerbangkan rambut dan pakaian yang di pakainya. Gadis itu merentangkan kedua tangannya lalu melambai pada Donghae yang sedang duduk santai sembari menatap ke arahnya.

Oppaa..!”

“Yoonaa..!” Donghae balas melambai. Di tatapnya wajah gadis itu yang selalu terlihat cantik dan manis. Laki-laki itu menarik napas berat. Sebentar lagi, hadiah terbesar darinya untuk kekasihnya akan datang dan membawa kebahagiaan pada gadis itu. Meskipun berat rasanya untuk menentukan, namun Donghae yakin bahwa ini adalah satu-satunya hal yang terbaik untuk Yoona.

Yoona berlari menghampiri Donghae lalu berjongkok di hadapannya. “Oppa, aku mencintaimu.”

Donghae tersenyum miris. Segera di tariknya belakang kepala Yoona dan mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu.

Oppa, mana hadiah yang ingin kau berikan padaku?” Yoona menatap senang pada Donghae yang berjalan beriringan dengannya sembari menggenggam tangannya erat. Gadis itu mengulum senyum.

“Tenang saja, sebentar lagi kita akan sampai.” Donghae mencubit pipi gadisnya.

Yoona mengangguk. “Oppa, sebenarnya kemarin aku bertemu dengan Miyoung Eonni.

Donghae mengerjap. “Lalu?”

“Dia ingin memberiku uang, tapi..”

“Apa?”

“..aku harus menjauhi Oppa. Dia akan memberikanku sejumlah uang asalkan aku meninggalkan Oppa.

Donghae terdiam.

“Aku tidak mungkin melakukan hal itu pada Oppa. Oppa kan kekasihku, dan aku mencintai Oppa.

“Yoona..”

Oppa, kalian saling mencintai, kan? Ayo kita menikah!”

“..hentikan.” Donghae berhenti berjalan. Matanya sedikit pun tak menatap gadis itu, membuat Yoona terlihat bingung.

Oppa, ada apa?”

“Lee Donghae.”

Yoona dan Donghae sontak menoleh ke arah seseorang yang bersuara itu. Seorang laki-laki yang mengenakan pakaian santai dan sebuah amplop coklat berukuran agak panjang. Yoona menatap Donghae dan laki-laki itu bergantian.

“Kau mengenalnya, Oppa?”

“Yoona,” Donghae memegang lengan Yoona yang berada di genggamannya. Perlahan ia menatap gadis itu dan berkata, “Kita putus saja.”

Yoona terbelalak. “Apa? Oppa, apa yang kau bicarakan?”

“Kita akhiri sampai disini. Semuanya.”

Oppa..” Yoona menatap Donghae tidak percaya. Tatapannya terarah pada laki-laki asing di depannya yang memberikan amplop coklat itu pada Donghae. “Apa itu? Oppa, apa yang sebenarnya terjadi?”

“Ini uang yang sangat banyak. Untuk keka—ah, tidak, mantan kekasihmu.”

Oppa!” Yoona menarik kaus Donghae, memaksa laki-laki itu untuk menatapnya. “Oppa, ini semua bohong, kan? Kau hanya sedang mengerjaiku karena hari ini aku sedang berulang tahun, kan?”

Donghae menggerakkan wajahnya ke arah gadis itu, gadis dengan mata yang berkaca-kaca. Laki-laki itu memejamkan matanya dan tiba-tiba melepaskan tangan gadis itu dengan kasar. “Kita sudah berakhir.”

Oppa..!”

Donghae berbalik pergi, namun Yoona menahan lengannya.

Oppa, jangan pergi.. jangan pergi..”

Seperti tuli, Donghae tak mendengarkan kata-kata gadis itu dan memilih untuk kembali melepaskan tangannya dan berjalan pergi sembari membawa sebuah amplop coklat dari laki-laki di samping Yoona. Gadis itu menangis. Meraung-raung meminta Donghae untuk kembali. Laki-laki tadi yang hanya diam langsung menarik tangan Yoona dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobilnya. Yoona menolak, dia terus meronta-ronta ingin di lepaskan oleh laki-laki itu.

Oppaa..! Oppaaaa..!!”

Sia-sia apa yang dilakukan oleh Yoona. Donghae seperti tak ingin mendengar suaranya lagi, laki-laki itu terus berjalan hingga perlahan menghilang seperti di telan oleh rumput-rumput tinggi dan semak-semak. Terlebih Yoona kalah telak dari kekuatan laki-laki yang sedang berusaha memasukinya ke dalam mobil. Akhirnya karena lelah menangis, Yoona berhasil masuk ke dalam mobil dan membiarkan laki-laki itu membawanya pergi.

“Oppa.. kenapa kau tega padaku..?”

.

.

.

.

Two weeks later..

Yoona menatap pemandangan Seoul pada malam hari di bawah balkon dengan memeluk kedua kaki di atas kursi. Angin dingin tak menghentikan Yoona untuk tetap berada di tempat itu. Gadis itu menarik napas berat, sudah dua minggu ia berada di sebuah apartemen mewah di tengah kota bersama seorang lelaki tampan bernama Park Chanyeol. Chanyeol adalah laki-laki yang menariknya pergi dari Donghae tempo hari. Laki-laki yang membeli Yoona dari Donghae, kekasihnya sendiri. Yoona benar-benar tak menyangka Donghae akan melakukan hal sekejam itu padanya. Menjual dirinya demi mendapatkan uang ratusan juta won, atau mungkin lebih. Selama berhari-hari gadis itu menangis karena memikirkan nasibnya. Kekasihnya mencampakkannya demi uang dan dia harus tinggal satu atap dengan laki-laki asing itu. Gadis itu menyadari bahwa hadiah besar yang akan di berikan Donghae adalah tentang penjualannya. Hadiah yang sangat besar, hingga membuat Yoona ingin melompat dari balkon apartemen di lantai 19 itu.

“Lee Donghae bodoh! Dasar bodoh! Aku benar-benar membencimu!!” Yoona menaruh kepalanya di atas lutut lalu kembali menangis. Bahunya bergerak naik-turun karena tangisannya. Sekali lagi Yoona mengerang. Berteriak, dan mengumpat laki-laki itu dengan beberapa makian. Hingga ia kehabisan tenaga untuk bersuara.

“Sudahlah. Apa yang kau lakukan itu hanya sia-sia.”

Dengan cepat Yoona mengangkat kepalanya dan menoleh ke asal suara. Chanyeol, berdiri di ambang pintu balkon dengan pakaian santai sembari menatapnya lekat. Laki-laki itu mengerutkan dahinya.

“Apa?” ucap Chanyeol karena merasa diintimidasi.

“Kenapa kau membeliku?”

“Aku? Membelimu?” Chanyeol mengerutkan dahinya tidak mengerti. “Apa maksudmu?”

“Kau, memberi sejumlah uang pada Lee Donghae dan membawaku pergi. Bukankah itu sama saja dia menjualku dan kau membelinya?”

“Im Yoona..” Chanyeol berjalan menghampiri gadis itu lalu menaruh kedua tangan ke saku celananya. “..gadis berumur 24 tahun yang hobi makan kue ikan. Seorang yatim-piatu.. dan, menyenangkan.”

“Menyenangkan? Kau pikir kita adalah teman?”

“Jadi, kau mau aku anggap seperti apa?” Chanyeol memajukan wajahnya ke arah wajah Yoona membuat gadis itu menahan napasnya. “Jawab.”

“Eung—a-apa yang k-kau lakukan? Menjauh dari wajahku!”

Chanyeol menahan tangan Yoona yang ingin mendorong wajahnya. Di tariknya lengan itu membuat Yoona terjatuh ke pelukannya.

“H-hey!”

“Jangan duduk di sana saja. Ayo makan, ini sudah jam makan malam.”

Yoona mendorong tubuh Chanyeol dan segera masuk ke dalam dengan wajah memerah. Chanyeol yang melihatnya hanya mengangkat bahu dan menyusul gadis itu di belakang.

.

.

.

.

“Ku bilang jangan duduk disana saja. Kerjakan sesuatu yang berguna.”

Yoona menoleh kaget. Di tatapnya Chanyeol yang telah rapih dengan pakaian kasualnya. “Tak ada yang bisa ku lakukan. Kecuali mati.”

“Jawabanmu selalu saja seperti itu.” Chanyeol menarik napas sesaat. “Kenapa kau ingin mati?”

“Karena aku sudah tidak berguna lagi di dunia ini.”

“Memangnya selama ini kau adalah orang yang berguna?”

Yoona menatap laki-laki itu tak suka.

“Kenapa? Mau marah padaku?”

“Tidak ada alasan bagiku untuk marah padamu. Aku tak mengenalmu.”

“Kita saling kenal, Yoona.” Chanyeol berjongkok di hadapan Yoona dan menggenggam tangan gadis itu. Yoona terbelalak. “Aku adalah sepupu Lee Donghae.”

.

.

.

.

“Kita mau kemana, Tuan Park?” Yoona menatap bingung ke arah Chanyeol yang menarik tangannya ke arah basement apartemen. Laki-laki itu tak menjawab, membuat Yoona merenggut kesal. “Tuan Park!”

“Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.”

“Kemana?”

“Rahasia.”

Yoona hanya terdiam saat Chanyeol membawa mobilnya keluar apartemen. Gadis itu menatap Chanyeol bingung sekaligus kesal.

“Jangan menatapku seperti itu. Aku tak berniat untuk menculikmu.”

“Untuk apa kau menculikku? Kau sudah membeliku.”

“Kenapa kau selalu berkata bahwa aku telah membelimu? Aku tak pernah membelimu. Aku hanya—“ Chanyeol menggantungkan kalimatnya.

Yoona mengalihkan pandangannya ke arah lain. Beberapa menit berlalu dan ia hanya membiarkan laki-laki itu membawanya ke tempat yang di inginkannya. Ia tak peduli. Dia tidak ingin memikirkan apapun lagi karena kepalanya terasa pusing. Tanpa sadar, ia jatuh tertidur dengan kepala menyandar pada jendela mobil.

“Yoona, bangunlah. Kita sudah sampai.”

Gadis itu mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. Pandangannya mengitar ke arah luar mobil. Dahinya berkerut.

Laut Mokpo.

“Untuk apa kita kesini?!” seru Yoona karena ia tidak suka dengan tempat itu. Tepatnya tidak suka pada orang yang pernah memiliki tempat tinggal di tempat itu. Yoona menggeleng keras. “Aku tidak akan keluar. Lebih baik kita pulang saja.”

“Keluarlah. Kita bersenang-senang.”

“Aku tidak mau!”

“Aku hanya ingin membantumu melupakannya.”

“Tempat ini adalah tempat yang bersangkutan dengan Lee Donghae! Bagaimana bisa kau membantuku untuk melupakannya?! Kau sama saja membuka luka lama yang dengan susah payah ku obati!”

“Kau bisa mengingatnya untuk terakhir kali dan setelah itu kau bisa benar-benar melupakannya.”

“Lebih baik kau bunuh aku, Park Chanyeol.”

Air laut yang dingin itu berebut ingin bergerak mengenai kedua kaki jenjang Yoona yang putih. Gadis itu tersenyum tipis walaupun angin dingin terus menerpa rambut panjangnya. Lalu ia menoleh saat mendapati Chanyeol yang duduk di sampingnya sembari menyodorkan segelas coklat panas.

“Coklat panas cocok untuk cuaca seperti ini. Minumlah selagi hangat.”

Yoona tak menjawab dan tetap mengambil gelas itu dari tangan Chanyeol. Uap panas dari minuman itu mengepul di atasnya. Yoona meniupnya pelan lalu menyesapnya dengan kedua mata yang tertutup.

“Kau tahu cerita The Little Mermaid?”

“Aku tahu.” Yoona membuka kedua matanya dan memangku coklat panasnya.

“Dulu, ada seorang gadis cantik yang mengatakan bahwa ia ingin menjadi seorang putri duyung.”

“Putri duyung itu mati.”

“Ya. Tapi dia tidak peduli. Meskipun di kehidupan itu dia adalah seorang putri duyung, dia tetap ingin menjadi seorang manusia. Dia ingin hidup bersama pangerannya.”

“Kau adalah pangerannya?”

Chanyeol tersenyum tipis. “Awalnya aku senang dia memilihku menjadi pangerannya.”

“Lalu, kenapa?”

“Ternyata dia hanya menganggapku seorang pangeran. Bukan orang yang dicintainya.”

Yoona terdiam.

“Dia menganggapku seorang pangeran yang berhati baik. Menolong semua orang dari kesusahan, bahkan membantunya menjadi seorang manusia. Dalam cerita, putri duyung memang menghilang menjadi buih setelah menyelamatkan pangerannya. Namun sekarang.. seperti jam pasir, cerita itu berbanding terbalik padaku. Aku yang menyelamatkan kebahagiaannya dan menghilang seperti buih. Putri duyung itu selamat. Sekarang ia menjadi seorang manusia dan akhirnya bertemu dengan laki-laki yang di cintainya.”

Yoona mengangkat kepalanya dan menatap wajah Chanyeol. Gadis itu baru menyadari bahwa Park Chanyeol adalah laki-laki yang sangat tampan. Ia mengalihkan pandangannya dan berusaha mengatur suaranya supaya tidak terdengar gugup.

“Kurasa dia bukanlah putri duyung. Dia adalah monster.”

Chanyeol tersenyum dan merapihkan beberapa helai rambut Yoona yang beterbangan. Gadis itu menatap Chanyeol kaget. “Dia adalah gadis yang pernah ku cintainya.”

Yoona menurunkan ekspresinya untuk kembali ke ekspresi awal. Datar. Gadis itu menatap Chanyeol yang memainkan pasir dengan kakinya.

“Gadis yang pergi meninggalkanku untuk pergi bersama laki-laki yang dicintainya.”

“Apakah dia mengetahui perasaanmu padanya?”

“Tidak. Aku tidak pernah memberitahukannya padanya. Jika aku melakukan itu, aku hanya akan menghalangi kebahagiaannya bersama laki-laki itu.”

Yoona menatap Chanyeol tidak percaya. Bagaimana bisa dengan mudahnya laki-laki itu melepas gadis yang sangat ia cintai pada orang lain? Berbeda sekali dengan dirinya. Bahkan saat ini, nama Lee Donghae masih menempel kuat di hatinya. Yoona meringis pelan.

“Kenapa kau mudah sekali melupakan perasaanmu terhadap seseorang?”

“Karena aku mencintainya dengan caraku sendiri. Membiarkannya memilih jalannya sendiri. Jika aku egois, aku hanya akan membuatnya menderita. Memaksakan seseorang mencintaimu tak semudah melupakan perasaanmu pada orang lain.”

“Jadi menurutmu, melupakan perasaanmu padanya adalah hal yang mudah?”

Chanyeol kembali tersenyum. “Bagaimana pun, Tuhan sudah mengatur semuanya untuk kita. Baik itu kehidupan, maupun jodoh.”

Yoona terdiam dan kembali menyesap minumannya. Entah kenapa, hanya dengan kata-kata yang keluar lancar dari bibir dan tatapan matanya, membuat jantung Yoona berdegup sangat kencang. Gadis itu menjauhi wajahnya, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.

“Cepat habiskan minumanmu. Aku ingin mengajakmu makan kue ikan di dekat sini.”

.

.

.

.

Suara pintu depan terbuka membuat gadis cantik bermarga Im itu langsung menghampirinya dengan senyum lebar di bibirnya. Gadis itu terlihat senang melihat Chanyeol yang baru pulang sembari membawa setangkai bunga mawar putih kesukaannya. Chanyeol tersenyum melihat tingkah Yoona dan memberikan bunga itu padanya.

“Kau tidak bosan membawakanku bunga setiap hari?”

“Selama kau menyukainya, bagiku itu tidak masalah.”

Gadis itu mengikuti Chanyeol yang masuk ke dalam kamar untuk melepaskan mantel dan sepatunya setelah mengganti bunga mawar di dalam vas dekat TV dengan yang baru. Dengan cekatan, Yoona membuka lemari dan memberikan piyama Chanyeol yang sepasang dengan yang di pakainya.

“Terimakasih, Istriku.” Chanyeol mengacak-acak rambut Yoona gemas lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Kedua pipi Yoona memanas. Entah mengapa ia merasa senang saat Chanyeol memanggilnya “istriku”. Padahal mereka tidak ada hubungan apa-apa. Gadis itu sendiri masih bingung dengan hubungan yang terjadi antara dirinya dan laki-laki yang sudah tinggal bersamanya selama delapan bulan itu. Alis Yoona tertarik. Suara gemericik air membuatnya kembali ke dunia nyata dan terpaksa pergi dari kamar Chanyeol menuju dapur.

Selesai memasak, Yoona segera menghampiri pintu kamar Chanyeol untuk mengajaknya makan malam bersama.

“Ku harap kau bisa menjaga gadis itu dengan baik.”

Tangan Yoona berhenti di udara. Dahinya berkerut karena mendengar suara Chanyeol yang sepertinya sedang berbicara di telepon.

“Dia benar-benar mencintaimu.”

Yoona terpaku dengan napas yang tertahan. “Cinta..? Siapa yang di maksudnya..?”

Entah sejak kapan pintu kamar itu terbuka dan menampilkan sesosok lelaki tampan bertubuh tinggi yang memasang wajah kaget karena melihat gadis itu yang berdiri di depan pintu kamarnya. Chanyeol menutup pintu kamarnya dan mengikuti Yoona yang berjalan ke arah meja makan. Laki-laki itu terus mengerutkan dahinya menatap Yoona yang menyiapkan semangkuk nasi untuknya tanpa berbicara sepatah kata pun.

“Kau kenapa?”

Yoona tersentak kaget hingga hampir menjatuhkan sendok yang di peganginya. “A-apa?”

“Kau baik-baik saja?”

“Eung.. aku baik-baik saja.” Yoona menyantap makanannya sembari menunduk. Hening selama beberapa menit, Suasana itu membuat Yoona resah.

“Besok aku akan pergi ke Jepang selama dua hari. Ku harap kau akan baik-baik saja disini selama aku pergi.”

“Selama ini aku masih baik-baik saja saat kau pergi bekerja.” Yoona tersenyum kecil membuat Chanyeol terkekeh.

“Yoona,”

“Ya?”

Chanyeol terdiam sesaat.

“Ada apa?”

“Bagaimana kalau malam ini kita berkemping di bukit Jinan?”

.

.

.

.

Yoona menatap langit gelap kota Jinan yang bertaburan dengan bintang-bintang yang terlihat terang. Gadis itu tersenyum dan menggambar sesuatu di langit dengan tangannya.

“Indah, bukan?”

“Sangat indah.” Yoona tersenyum tanpa menoleh pada Chanyeol yang telah duduk di sampingnya. “Terimakasih karena telah membawaku kesini.”

“Syukurlah kau senang. Aku tidak khawatir lagi karena akan meninggalkanmu besok.”

Yoona menurunkan tangannya lalu menoleh pada Chanyeol yang tengah memejamkan kedua matanya. Gadis itu mengerjap dan berkata, “Tuan Park.”

“Hem?”

“Kenapa kau membeliku?”

Chanyeol menatapnya. “Aku tidak pernah membelimu.”

“Lalu.. kau.. dan Lee Donghae..” Yoona menarik napas berat. “..sepupumu itu.. kenapa dia menyerahkanku padamu? Aku adalah kekasihnya.”

“Ku kira kau sudah putus dengannya.”

Yoona berkedip lagi. “Aku memang sudah putus dengannya. Kami sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Tapi sekarang, aku minta penjelasanmu kenapa aku harus bersamamu?”

“Aku takut.”

“Apa?” alis Yoona berkerut. “Takut?”

“Jika aku menceritakan semuanya, aku takut kau akan pergi.”

Tatapan mereka bertemu. Entah kenapa Yoona tak bisa mengalihkan pandangannya dari tatapan lembut laki-laki itu. Chanyeol sendiri sedikit pun tak menggerakkan kedua bola matanya. Seperti patung, mereka hanya terdiam sembari saling menatap.

Tak lama, terdengar suara jangkrik yang membuat mereka tersadar dan akhirnya tertawa bersama.

“Tiba-tiba aku teringat tentang ceritamu, Tuan Park.”

Chanyeol bergeming. “Cerita tentang The Little Mermaid?” anggukkan kecil dari gadis itu membuatnya tersenyum. “Itu sudah lama berlalu.”

“Bagaimana.. jika suatu hari nanti gadis itu kembali padamu? Apa yang akan kau lakukan?”

“Sepertinya penyesalan memang selalu datang di akhir.”

Yoona memainkan rumput halus yang di dudukinya. “Kau akan kembali padanya?”

“Aku tidak tahu.” Chanyeol terdiam. “Bagaimana jika kau juga mengalami hal yang sama?”

“Maksudmu, Lee Donghae..?”

Chanyeol mengangguk. “Ku yakin kau pasti masih memiliki perasaan padanya.”

“Untuk apa aku masih menyimpan perasaan padanya setelah ia mencampakkanku? Itu terlalu menyakitkan.”

Chanyeol terdiam menanggapi perkataan gadis itu. Perlahan ia menggenggam tangan Yoona membuat gadis itu menoleh. “Jangan membenci Donghae.”

Tatapan itu terlihat sedih dan miris. Yoona sedikit bingung dengan tatapan Chanyeol yang seperti terluka. Dia hanya menatap genggaman tangannya lalu tersenyum lembut. Perlahan, ia menyandarkan kepalanya di bahu kiri Chanyeol. Merasakan kehangatan Chanyeol yang memeluk bahunya sembari mengusap kepalanya.

Malam ini terasa sangat indah bagi kedua insan tersebut. Angin yang bertiup sedikit kencang tak membuat mereka untuk bergegas karena ada sebuah api yang menyala terang di depannya. Chanyeol mengusap tangan Yoona yang berada di dadanya dengan senyum lebar. Gadis itu sudah tertidur di pelukannya beberapa menit yang lalu. Dia pun mengangkat tubuh gadis itu dan membawanya masuk ke dalam tenda untuk melewati malam indah ini dengan menutup mata.

.

.

.

.

“Hati-hati di rumah. Pergilah keluar jika kau merasa bosan.”

Yoona tersenyum hangat dan merapihkan dasi hitam Chanyeol. “Kau juga hati-hati disana. Jangan terlalu keras bekerja. Kau bisa sakit nanti.”

Chanyeol mengusap kepala Yoona. “Aku akan kembali dua hari lagi. Tunggulah aku dirumah.”

“Aku akan selalu menunggumu, Tuan Park.”

Chanyeol dengan tiba-tiba mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Yoona membuat gadis itu terkejut. Yoona merasa malu, kedua pipinya bersemu merah. Gadis itu mengulum senyum tipis.

“Ngomong-ngomong, jangan panggil aku seperti itu. Panggil saja aku Oppa.

Oppa..” Yoona menggigit bibirnya lalu mengangguk. “..baik, Oppa.”

“Aku pergi dulu.” Chanyeol berbalik pergi meninggalkan Yoona sembari menarik koper hitamnya. Gadis itu hanya tersenyum dan melambai dengan sebelah tangannya.

“Cepatlah pulang, Oppa..”

Keesokkan harinya, Yoona pergi ke sebuah mall untuk membeli bahan-bahan makanan yang mulai habis. Gadis itu dengan ceria memilih-milih makanan yang sekaligus akan di masaknya saat Chanyeol pulang nanti. Dia benar-benar tidak sabar menanti laki-laki itu pulang. Yoona tak tahu perasaan apa itu, yang pasti dia merasa sangat nyaman berada di dekat laki-laki itu.

“Miyoung, bagaimana kalau nanti malam kita membuat bulgogi?”

Yoona terdiam mematung saat akan mengambil daging sapi segar di hadapannya. Gadis itu mengenali suara itu. Suara yang membuatnya sakit hati. Suara yang di miliki oleh seseorang yang mencampakkannya. Yang kini memegang bahunya dari belakang. Yoona menepis tangan itu tanpa menoleh.

“Donghae Oppa, kau bicara dengan siapa? Aku disini.”

Tidak salah lagi. Seseorang yang berbicara di telepon dengan Chanyeol adalah Lee Donghae. Dan gadis itu..

Yoona membalikkan badannya perlahan.

“Ah, maaf Nona. Ku kira kau—Yoona?” Donghae tampak terkejut melihat gadis itu yang menatapnya dengan tatapan yang menyiratkan kebencian sekaligus kepedihan. Ia menjatuhkan daging sapi yang di pegangnya ke dalam keranjang lalu terdiam.

Miyoung yang berada di sampingnya langsung terkejut saat melihat wajah Yoona. “Im Yoona?”

“Hwang Miyoung.”

“Kenapa kau bisa ada disini? Kau masih berhubungan dengan Oppa?”

“Kenapa kau mencampakkan Park Chanyeol?”

Miyoung tersentak. “K-kau.. mengenalnya..?”

“Kau adalah putri duyung yang jahat. Monster!”

.

.

.

.

Yoona dan Donghae duduk berhadapan di dalam sebuah kafe di dalam mall itu. Keduanya saling terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Yoona dengan perasaan berkecamuk menatap keluar jendela kafe melihat hujan yang mulai membasahi kota Seoul. Ingatan tentang kejadian manisnya dulu bersama Donghae mulai menyerangnya secara perlahan-lahan. Dia menarik napas berat.

“Maafkan aku, Yoona.”

Yoona tersenyum sinis tanpa menoleh pada laki-laki itu. “Aku tak menyangka kau akan mencampakkanku demi seorang gadis yang menyakitiku.”

“Yoona.”

“Seharusnya waktu itu aku menerima uang dari gadis itu supaya kita impas. Bukankah menyenangkan mendapatkan uang yang berjumlah banyak dari seseorang?”

“Yoona..” Donghae menggenggam tangan Yoona namun dengan cepat gadis itu menepisnya.

“Ku harap kita tak pernah bertemu lagi, Lee Donghae. Jagalah gadis itu dengan baik. Aku senang Chanyeol Oppa sudah melupakannya.”

“Dimana Chanyeol?”

“Kau tak perlu tahu.” Yoona menatap Donghae tajam lalu berdiri.

Sebelum gadis itu melangkah, Donghae menarik tangannya dan memeluknya erat.

“Lepaskan aku!”

“Aku mencintaimu, Yoona.”

Yoona berhenti dari rontaannya. Ia bisa mendengar suara detak jantung Donghae yang berdegup kencang. Sejujurnya, ia sangat merindukan perlakuan hangat seperti ini oleh mantan kekasihnya itu. Yoona tak bisa munafik, cinta benar-benar membuatnya lemah.

“Alasan aku melakukan ini padamu, karena aku sakit parah.”

Gadis itu hanya terdiam dengan napas yang tertahan. Dia tidak ingin membayangkannya..

“Selama delapan bulan ini, aku pergi ke Amerika untuk mengobati penyakitku disana. Miyoung menemaniku dan dialah yang menjagaku saat aku disana.”

Yoona mendorong tubuh Donghae dan menatapnya dengan kedua mata yang berkaca-kaca. “Kenapa kau tak mengizinkanku untuk menjagamu? Kenapa kau tak pernah mengatakannya padaku?”

“Aku tak ingin kau khawatir.” Donghae menatap Yoona dengan tatapan lembutnya. “Apakah Chanyeol mengatakan padamu kalau ia adalah sepupuku?”

Yoona mengangguk pelan.

“Uang yang kau lihat itu memang dari Chanyeol untukku, tetapi itu bukan karena aku menjualmu padanya. Sebenarnya Chanyeol.. adalah saudara tiriku.”

Setetes airmata jatuh mengenai pipi merah Yoona. Gadis itu jatuh terduduk dan mencoba untuk mencerna semua perkataan dari laki-laki itu. Donghae kembali duduk di hadapannya.

“Kami memiliki Ayah yang sama. Ayahnya dulu jatuh cinta pada Ibuku saat ia sudah menikah dengan Ibunya. Mereka memiliki hubungan gelap, akhirnya Ibuku melahirkanku dan tak lama Chanyeol pun lahir dari rahim Ibunya. Ibu Chanyeol tak pernah tahu tentang aku dan Ibuku. Kemudian Ayahnya—Ayah kandungku—menyembunyikan kami dari keluarganya. Saat umurku 17 tahun, Ibuku meninggal karena penyakit Tuberkulosisnya. Penyakit yang sama sepertiku.”

“Aku dan Chanyeol sudah bersama sejak kita lahir, tanpa sepengetahuan Ibunya. Dia adalah laki-laki yang sangat baik. Dan kau benar, ia memang sangat mencintai Miyoung. Tetapi dia tidak pernah menyalahkanku karena Miyoung lebih memilihku dari pada dirinya. Dia selalu meminta maaf padaku karena kesalahan Ayahnya yang tak pernah menjaga kami. Aku tak tahu kenapa ia berbuat seperti itu padaku, padahal aku adalah anak haram Ayahnya dan aku telah membuat gadis yang di cintainya pergi meninggalkannya.”

“Dan uang yang Chanyeol berikan adalah uang dari Ayahnya untuk pengobatanku. Tentang aku yang menyerahkanmu pada Chanyeol, aku hanya ingin membalas semua balas budi keluarganya. Chanyeol ingin aku membawa Miyoung bersamaku. Dia tahu bahwa Miyoung hanya ingin bersamaku. Jika memang aku tak bisa mencintai Miyoung, kami bertiga berjanji bahwa kau akan kembali padaku lalu Miyoung dan Chanyeol akan kembali bersama.”

Yoona terus terisak tanpa menatap kedua mata Donghae yang terus terarah padanya. Dadanya terasa sangat sakit dan sesak mendengar semua penjelasan dari laki-laki yang masih berada di hatinya itu. Yoona menarik napas panjang. Tiba-tiba senyum manis Chanyeol berkelibat di pikirannya.

“Sekarang aku sudah sembuh, Yoona. Ku harap kita bisa mengulang semuanya dari awal.”

.

.

.

.

Yoona menaruh semua barang belanjanya di atas meja makan dengan lesu dan kedua mata yang memerah. Gadis itu meremas dadanya yang terasa sesak dan terduduk di sofa depan TV. Tangisannya kembali pecah. Gadis itu tak pernah menyangka bahwa Chanyeol hanya ingin menjaganya dan melindunginya dari perasaan yang sempat membencinya terhadap Donghae.

“..kau tahu, aku tak pernah tahu kalau selama ini Chanyeol diam-diam selalu memperhatikanmu. Bahkan saat sebelum kita bertemu.”

Yoona tak yakin dengan pernyataan Donghae tentang itu. Bagaimana mungkin laki-laki itu pernah bertemu dengannya? Namun saat ia teringat dengan perkataan Chanyeol bahwa mereka saling mengenal, gadis itu merasa semuanya terasa ganjil.

“Im Yoona.. gadis berumur 24 tahun yang hobi makan kue ikan. Seorang yatim-piatu.. dan, menyenangkan.”

Ia bahkan tak sadar bahwa Chanyeol pernah mengatakan hal itu padanya.

“Jika aku menceritakan semuanya, aku takut kau akan pergi.”

“Jangan membenci Donghae.”

Tatapan itu..

Yoona menunduk dan meremas kuat rambutnya sendiri. Dia tak kuat dengan perasaan yang sedang di alaminya saat ini. Ia sangat senang karena ternyata Donghae tak pernah membuangnya, dia lega karena laki-laki itu tak pernah mencintai Miyoung. Tapi.. kenapa selalu wajah Chanyeol yang berada di pikirannya? Chanyeol seperti seseorang yang berpengaruh di hidupnya.

Delapan bulan bukanlah waktu yang sebentar untuk mengenal seorang Park Chanyeol bagi Yoona. Ia sudah sangat tahu bagaimana sifat laki-laki itu yang sebenarnya. Lembut, ramah, dan menyenangkan. Berkat laki-laki itu, Yoona tak pernah menangisi Lee Donghae lagi. Ia bahkan merasa lebih dari sekedar nyaman saat di dekatnya. Yoona tak pernah tahu mengapa kini ia sangat merindukan Chanyeol.

Tidak, aku harus percaya pada Chanyeol..

Ponsel Yoona berdering saat gadis itu baru saja menaruh ponselnya di atas meja. Sebuah foto dirinya bersama seorang laki-laki yang akhir-akhir ini selalu ada di pikirannya muncul bersamaan dengan sederet nama yang membuat jantungnya berdegup sangat kencang.

“Nae Sarang Oppa”

Yoona ingat saat Chanyeol mendesaknya untuk mengganti nama panggilannya di ponselnya dengan nama itu. Sementara di ponsel laki-laki itu, nama Yoona di ganti dengan Nae Sarang Yoongie. Yoona tersenyum malu-malu saat itu. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih.

Beberapa detik menatap layar ponselnya, akhirnya gadis itu menekan tombol hijau. “Yeoboseyo?”

“Yoona.”

“Ya, Oppa?”

“Kau sedang apa?”

Yoona mengernyitkan dahinya karena mendengar suara Chanyeol yang terdengar lirih. “Aku baru saja habis berbelanja di mall untuk membeli bahan makanan yang mulai habis. Oppa apa yang sedang kau lakukan disana?”

“Aku sedang memikirkanmu.”

Gadis itu sedikit terkejut dengan pernyataan Chanyeol. Laki-laki itu terdengar.. err.. manis. “Aku juga.. baru saja memikirkanmu, Oppa. Saat kau pulang nanti, aku akan memasakkan makanan kesukaanmu.”

“Senang mendengarnya.” Hening selama beberapa menit. Yoona mengusap keningnya pelan. “Yoona.”

“Hem, Oppa?”

“Aku merindukanmu.”

Jantung Yoona berdegup sangat kencang. Matanya mengerjap beberapa kali karena terkejut. Gadis itu menahan napasnya dan hanya terdiam menanggapi pernyataan Chanyeol.

“Aku tidak sabar menanti hari esok.”

Oppa..” kedua pipi Yoona menghangat dan tanpa sadar kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman lembut. Gadis itu menggigit bibir bawahnya.

“Jangan pergi.. jangan pergi, Yoona. Tetaplah di sisiku..”

.

.

.

.

“Hai.”

Yoona tersenyum lembut menatap Chanyeol yang berjalan ke arahnya lalu memeluknya erat. Kedua mata gadis itu berkaca-kaca, wangi tubuh laki-laki itu langsung menyeruak masuk ke dalam hidungnya.

“Aku pulang.”

Oppa.” Yoona melepas diri dan menatap Chanyeol. “Aku senang kau kembali.”

“Benarkah?” Chanyeol tersenyum lalu menutup pintu dan mengajak Yoona untuk masuk ke dalam. “Aku senang mendengarnya.”

“Bagaimana dengan pekerjaanmu disana, Oppa? Apakah menyenangkan?”

“Sedikit. Kadang pekerjaan itu membuatku bosan. Aku terlalu merindukanmu disana.”

Yoona terdiam mendengar pernyataan dari laki-laki itu. Dadanya terasa sakit menatap raut kebahagiaan di wajahnya. Gadis itu hanya bisa membalasnya dengan senyum tipis.

“Aku telah sampai di rumah, bagaimana dengan janjimu itu?”

“Apa?”

“Bukankah kau ingin memasakkan makanan kesukaanku saat aku kembali?”

“Oh, itu.” Yoona menggaruk pipinya yang tidak gatal. “Lebih baik Oppa bersihkan diri dulu, kau pasti lelah karena menempuh perjalanan yang panjang. Setelah itu kita makan siang bersama. Aku sedang menyiapkan makanannya di meja makan.”

Chanyeol mengusap kepala Yoona dan segera masuk ke dalam kamarnya. Setelah laki-laki itu menutup pintu, Yoona jatuh terduduk ke atas sofa dan terisak tanpa suara. Entah kenapa sejak ia bertemu dengan Donghae ia selalu menangis seorang diri tanpa sebab.

Beberapa menit telah berlalu saat Chanyeol keluar dari kamar mandi. Dia segera menghampiri Yoona yang tengah menantinya di meja makan dan menarik kursi di hadapan gadis itu.

“Kau terlihat segar.”

Yoona tersenyum. Dia berdiri lalu mengambil semangkuk nasi untuk Chanyeol. “Oppa, bagaimana Donghae Oppa menurutmu?”

“Eum.. Donghae?” Chanyeol sedikit mengerucutkan bibirnya. “Dia adalah laki-laki yang sangat baik, dan.. tampan.”

“Sepertinya kau sangat menyayanginya.”

“Tentu saja, karena dia adalah—“

“Saudara tirimu?” potong Yoona cepat. Dia memberikan mangkuk itu pada Chanyeol dan kembali duduk di kursinya.

Chanyeol sedikit terhentak. “Kau tahu?”

“Kemarin aku bertemu dengan Donghae Oppa. Dia sudah menceritakan semuanya padaku.”

“Oh, benarkah?” Chanyeol tersenyum miris dan memainkan nasinya. “Apakah dia terlihat baik?”

“Ya. Terimakasih karena telah membantunya, Oppa.

“Itu memang sudah tugasku sebagai saudaranya. Aku lega karena ternyata dia baik-baik saja.”

Yoona menghela napas panjang. Dia menatap laki-laki itu yang masih mengaduk-aduk nasinya. “Kenapa tidak di makan, Oppa? Apakah tidak terlihat enak?”

“Ah, tidak.” Chanyeol mendongak dan tersenyum lembut. “Aku hanya sedang berpikir.”

“Apa yang sedang kau pikirkan?”

“Apakah kau akan kembali pada Donghae?”

Tiba-tiba Yoona terdiam mematung. Gadis itu tak berani menatap Chanyeol yang sepertinya sedang menatapnya lekat. Chanyeol yang menyadari itu langsung mengubah posisi duduknya lebih nyaman dan tersenyum.

“Jika kau adalah seorang makhluk yang ingin sekali menjadi manusia, makhluk seperti apa yang kau inginkan?”

Yoona mengangkat kepalanya perlahan ke arah laki-laki itu. Chanyeol terlihat tenang dengan senyum hangatnya, berbeda sekali dengan jantungnya yang berdetak tak beraturan sedari tadi. “A-apa?”

Chanyeol hanya tersenyum.

“Eum.. tentu saja aku tidak akan memilih menjadi seorang putri duyung. Karena dia akan menjadi buih dan mati. Atau mungkin menjadi seperti yang kau ceritakan.” Yoona mengangkat bahunya. “Aku ingin jadi vampire saja. Atau manusia serigala. Atau hantu, Gu Mi Ho—ah, lebih baik menjadi diri sendiri saja. Untuk apa berpikir yang susah-susah, Oppa?”

“Aku hanya beromong kosong. Siapa tahu kau bukan manusia.”

“Hey,” Yoona menyipitkan kedua matanya.

Chanyeol tertawa kecil dan mengambil lauk untuk di makannya bersama nasinya. “Kau terlihat lucu.”

“Jadi kau tidak percaya kalau aku adalah manusia?”

“Ya.”

“Ya, benar. Sebenarnya aku adalah seorang Gu Mi Ho.”

“Kalau begitu aku adalah Cha Dae Woong.”

Yoona mengernyit. “Cha Dae Woong? Seharusnya kau adalah Park Dong Joo, kau kan yang menyelamatkanku.”

“Tapi Mi Ho tidak hidup bahagia bersama Dong Joo, dia hidup bahagia bersama Dae Woong.”

Yoona terdiam dengan napas yang tertahan. Dia tahu dia tidak salah dengar, tetapi mengapa Chanyeol bisa mengatakan hal seperti itu? Laki-laki itu tidak langsung seperti mengatakan bahwa ia—

“Kau belum pernah menonton drama My Girlfriend is Gu Mi Ho sampai akhir, ya?”

Yoona menggeleng tanpa sadar. “Aku meminjam kasetnya pada temanku. Dan aku hanya menonton sebagian saja.”

“Ah, sayang sekali.” Chanyeol tersenyum dan kembali melanjutkan makan siangnya.

Oppa..

“Hari ini ayo kita pergi berkencan.”

.

.

.

.

Yoona terperangah melihat pemandangan di depannya. Pasalnya kini Chanyeol tengah mengajaknya ke sebuah tempat yang tak pernah di kiranya sebelumnya. Cheonggyecheon Stream. Cheonggyecheon adalah salah satu tempat paling romantis di Korea Selatan. Tempat yang berada di jantung kota Seoul. Pada malam hari, Cheonggyecheon akan terlihat lebih indah di tambah dengan air sungai yang mengalir di sekitarnya. Sungguh panorama yang cantik.

Cheonggyecheon memiliki satu tempat yang di beri julukan Wall of Proposal. Bila di artikan di tempat itu banyak orang yang menyatakan cinta. Kadang mereka menyatakannya secara langsung atau dengan art digital video. Wall of Proposal bisa untuk sebuah lamaran, permintaan menjadi kekasih, atau untuk menyalurkan kasih sayang kembali.

O—oppa..” Yoona menatap Chanyeol yang sedang tersenyum menatap ke sekeliling tempat. “Ini..”

“Bukankah ini tempat yang sangat indah?” Chanyeol mempererat genggamannya di tangan Yoona.

“Tapi.. Cheonggyecheon akan lebih indah bila di lihatnya saat malam hari.”

“Apa bedanya bila di lihat pada jam dua siang dan malam hari? Bagiku itu sama saja.”

Yoona terdiam.

“Hari ini kita sedang berkencan, jadi bersikaplah yang manis padaku.”

Oppa, tempat ini sekaligus di gunakan untuk melamar juga. Kau seperti ingin melamarku saja.”

“Anggap saja seperti itu. Ayo kita berkeliling.”

Jantung Yoona berdegup sangat kencang mendengar jawaban dari laki-laki itu. Dia berusaha untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah dan menyamai langkah kaki Chanyeol yang sangat lebar.

“Jangan pernah menungguku di meja makan lagi.”

Yoona menatap Chanyeol yang tetap berjalan santai disampingnya. Gadis itu sedikit memajukan tubuhnya. “Kenapa?”

Chanyeol hanya tersenyum. Yoona menahan tangan Chanyeol untuk berhenti, namun tiba-tiba ponselnya bergetar singkat. Chanyeol mengernyit pada Yoona yang masih memegangi lengannya.

“Ada apa?”

“Tidak ada.” Yoona tersenyum kecil dan memberi isyarat pada laki-laki itu kembali berjalan. Ia segera merogoh saku mantelnya dan membuka satu pesan dari Kakaotalk yang masuk ke dalam ponselnya.

From : Donghae Oppa

“Kau sedang apa?”

Yoona menatap layar ponselnya dengan sendu. Dia benar-benar bingung harus membalas apa. Apakah ia harus mengatakan pada Donghae bahwa kini ia tengah berkencan dengan Chanyeol?

To : Donghae Oppa

“Tidak ada. Ada apa?”

 

From : Donghae Oppa

“Aku ingin mengajakmu berkencan”

 

Yoona menggigit bibir bawahnya. Donghae mengajaknya kencan, di saat ia sedang berkencan dengan Chanyeol. Yoona ingin sekali bertanya pada Chanyeol tentang ini, namun apa yang bisa ia perbuat? Chanyeol tampak tenang berjalan di depannya. Haruskah Yoona memintanya mengakhiri kencan mereka yang belum berjalan seperempat pun? Ia rasa itu tidak mungkin.

To : Donghae Oppa

“Lain kali bagaimana? Sekarang aku tidak bisa”

 

From : Donghae Oppa

“Aku merindukanmu”

 

To : Donghae Oppa

“Aku sungguh tidak bisa, Oppa”

 

From : Donghae Oppa

“Baiklah, aku mengerti. Cepatlah kembali”

Yoona langsung menyimpan ponselnya saat melihat balasan terakhir dari Donghae. Gadis itu menarik napas berat, sulit rasanya untuk menentukan sesuatu saat ini. Ia benar-benar bingung harus bagaimana pada kedua laki-laki itu. Yoona memang masih menyukai Donghae, namun entah kenapa dia sangat tidak ingin jauh dari Chanyeol. Kebersamaan mereka selama ini membuat Yoona selalu ingin berada di sampingnya. Menggenggam tangannya erat dan tersenyum hangat bersama.

“Disana ada kedai es krim. Ayo kita beli es krim.”

Yoona hanya terdiam saat Chanyeol menarik tangannya dan membawanya ke seberang jalan untuk mencapai kedai es krim. Gadis itu menatap tangannya yang di genggam erat olehnya. Terasa lembut dan hangat. Yoona tersenyum tipis.

“Kau mau rasa apa?”

“Vanilla.”

“Dua es krim vanilla.” Ucap Chanyeol pada laki-laki penjual es krim itu. Lima menit kemudian, mereka berdua telah memegang es krim masing-masing sembari keluar dari kedai.

“Bagaimana rasanya? Enak?”

Yoona mengangguk antusias. “Aku sangat suka es krim.”

“Dan kue ikan?”

Lagi, Yoona mengangguk pada Chanyeol yang dibalas dengan senyuman ringan. Lalu Chanyeol tiba-tiba menempelkan ibu jarinya pada sudut bibir Yoona membuat jantung gadis itu kembali berdegup kencang.

“Makanlah yang benar. Kau seperti anak kecil saja.” Ujarnya dan terkekeh kecil. Yoona menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Oppa..

“Hem?”

“Kau benar-benar sudah melupakan perasaanmu pada gadis itu?”

Chanyeol melebarkan senyumnya. “Memangnya kenapa? Ah, apakah kau—“

“Kurasa aku menyukaimu.”

Tiba-tiba senyum Chanyeol menghilang dari bibirnya.

.

.

.

.

From : Nae Sarang Oppa

“Yoona..”

 

To : Nae Sarang Oppa

“Ya, Oppa?”

 

From : Nae Sarang Oppa

“Aku tidak bisa tidur. Kau sudah tidur?”

 

To : Nae Sarang Oppa

“Belum. Aku masih terjaga”

 

From : Nae Sarang Oppa

“Apakah kau lapar?”

 

To : Nae Sarang Oppa

“Kurasa..”

 

From : Nae Sarang Oppa

“Keluarlah, aku akan memasak untukmu”

 

Yoona tersenyum lebar. Dia segera menaruh ponselnya di atas nakas dan keluar dari kamar. Di lihatnya Chanyeol yang sedang sibuk di dapur. “Oppa.

“Duduklah, aku akan memasak.”

“Tidak usah. Sebenarnya.. aku hanya ingin bertemu denganmu.”

Chanyeol mengalihkan pandangannya pada gadis itu. Lalu ia tersenyum. “Kau tidak bisa tidur?”

“Hem.”

“Mau ku ceritakan sebuah dongeng?”

“Aku bukan anak kecil.”

Chanyeol tertawa. “Biasanya kalau aku tidak bisa tidur, aku akan menonton TV atau melakukan apa saja yang membuatku lelah.”

“Aku ingin menonton TV. Bagaimana kalau kita menonton sebuah drama?”

“Drama?” Chanyeol melirik jam dinding yang berada di atas TV. “Ini masih jam 10, kira-kira ada drama apa yang tayang?”

“Ehm.. The Heirs?”

“Sepertinya itu sudah selesai tayang sejak seminggu yang lalu.”

“Kalau begitu berarti ada drama baru.” Yoona mengambil remot di atas meja dengan antusias. Dia segera duduk di sofa berwarna hitam dan sibuk mengganti-ganti channel. “Tunggu dulu, kenapa Oppa bisa tahu?”

“Aku suka jenis cerita yang romantis. Yaah.. sebenarnya aku suka semua jenis cerita. Tapi entah kenapa aku lebih suka melihat orang lain bahagia.”

Yoona manggut-manggut. “Ah, apa ini?”

“Coba ku lihat.” Chanyeol ikut duduk di samping gadis itu. “Oh, itu drama pengganti The Heirs. Judulnya Emergency Couple.”

“Benarkah? Kali ini siapa pemainnya?”

“Song Ji Hye dan Choi Jin Hyuk. Choi Jin Hyuk pernah main di drama yang berjudul Panda And The Hedgehog bersama Lee Donghae dari Super Junior dan Yoon Seung Ah. Kalau Song Ji Hye, dia pernah main di drama Princess Hours bersama Yoon Eun Hye dan Joo Ji Hoon. Keduanya sama-sama menjadi orang ketiga dari tokoh utama.”

“Wah.. Oppa tahu banyak tentang drama korea, ya?” Yoona menatap kagum pada Chanyeol yang hanya di balas senyuman tipis dari laki-laki itu. “Kenapa Oppa tidak ikut casting saja? Wajahmu menarik dan kau tinggi. Cocok sekali untuk menjadi seorang aktor.”

“Menjadi seorang aktor bukan keinginanku. Aku hanya ingin menjadi diri sendiri dari pada harus menjadi orang yang dikenal banyak orang. Jika aku jadi aktor, aku pasti akan susah jika ingin bepergian.”

“Benar juga.” Yoona terkekeh. “Jadi, Oppa tahu tentang drama ini? Bagaimana ceritanya?”

“Dalam drama itu, Song Ji Hye memerankan seorang wanita bernama Oh Jin Hee, sementara Choi Jin Hyuk memerankan seorang laki-laki bernama Oh Chang Min. Mereka berdua adalah seorang Dokter magang di rumah sakit yang sama. Sebenarnya Jin Hee adalah mantan istri Chang Min.”

“Mereka bercerai? Kenapa?”

“Keduanya merasa tidak cocok, padahal mereka saling mencintai. Jin Hee terlalu stres karena Ibu Chang Min yang tidak menyukainya, sementara Chang Min tidak pernah mengerti perasaan Jin Hee yang di kiranya tidak pernah peduli padanya. Mereka berdua saling salah paham, karena itu mereka berpisah.”

“Lalu?”

“Sebenarnya aku belum melihat kelanjutannya lagi di TV, tapi aku sempat membaca sinopsisnya di daum. Karena terlalu sering bertemu di rumah sakit dan tanpa sadar saling membantu, perasaan cinta kembali tumbuh di keduanya. Sepertinya akan banyak konflik. Karena chief mereka menyukai Jin Hee.”

“Apakah mereka akan kembali bersama?”

Chanyeol menoleh pada Yoona. Di tatapnya gadis itu yang memasang ekspresi ingin tahu. “Jika kau adalah Jin Hee, apa yang akan kau lakukan?”

Yoona mengerjap. “A-apa? Aku?”

“Siapa yang akan kau pilih? Cinta lamamu.. atau cinta barumu?”

“Aku..” Yoona tak dapat melanjutkan kata-katanya. Gadis itu hanya terdiam sembari menatap mangkuk makanannya.

“Kalau aku, aku lebih memilih pada cinta lamaku.”

Yoona mendongak cepat menatap Chanyeol. Laki-laki itu mengeluarkan senyuman manisnya. Dadanya terasa sesak saat mendengar apa yang di katakan oleh laki-laki itu barusan. Dia memilih cinta lamanya. Cinta lama.. tiba-tiba ia teringat pada Miyoung.

Oppa..

Chanyeol menaikkan satu alisnya. Memberinya isyarat untuk kembali berbicara.

“Hatiku sendiri yang akan menentukan siapa yang aku pilih.”

“Begitukah?” Chanyeol kembali tersenyum.

“Aku serius dengan perasaanku tadi siang. Aku benar-benar menyukaimu.” Ujar Yoona tiba-tiba membuat Chanyeol mematung di tempatnya. “Kurasa aku mulai melupakan Donghae Oppa.”

“Yoona..”

Pandangan mereka bertemu. Karena terlalu terbawa oleh suasana, Chanyeol mendekatkan wajahnya pada wajah Yoona lalu mencium bibirnya lembut.

“Maafkan aku..”

.

.

.

.

Chanyeol menutup pintu kamarnya lalu bersandar dengan punggungnya pada pintu itu. Napasnya memburu. Senyum yang berada di bibirnya kini mendadak hilang. Laki-laki itu perlahan jatuh terduduk di atas lantai dan menekuk kedua kakinya, memeluk lutut.

“Kalau aku, aku lebih memilih pada cinta lamaku.”

“Kalau aku, aku lebih memilih pada cinta lamaku..”

“Aku lebih memilih pada cinta lamaku..”

“Pada cinta lamaku..”

“Cinta lamaku..”

“Lama..”

Chanyeol menarik kasar rambutnya sembari menahan sakit di dadanya. Entah kenapa rasanya sulit untuk mengatakan apa yang ada di benaknya. Tidak, itu tidak sulit. Ia hanya tidak bisa. Padahal hatinya selalu sakit bila ia berdusta. Terlebih ia telah mencium gadis itu. Mungkin Yoona akan berpikiran lain tentang penyebab ciuman itu, tentu saja.

Sederet nama muncul di layar ponselnya bersamaan dengan lampu layar yang berkedip-kedip saat Chanyeol beranjak dan duduk di atas ranjangnya. Ia segera mengambilnya dan melihat nama sang penelepon.

Lee Donghae

Laki-laki itu menarik napas berat. Ayo Park Chanyeol.. kau pasti bisa. Pasti!

Yeoboseyo?” Chanyeol menahan ponsel di telinga kanannya.

“Chanyeol, ini aku.”

Chanyeol terdiam selama dua detik. “Oh, ya. Aku tahu. Ada apa?”

“Bagaimana kabar Yoona?”

“Dia sangat baik. Tidak ada yang terjadi padanya.”

“Apakah dia sering menangis?”

“Tidak, Yoona gadis yang ceria.”

“Begitu.” Helaan napas Donghae terdengar oleh Chanyeol. “Sampai sekarang gadis itu belum menjawab permintaanku untuk memulai semuanya dari awal.”

“Kau sabar saja. Itu semua butuh proses.”

Mereka terdiam selama beberapa menit.

“Miyoung mencarimu.”

Chanyeol tersenyum tipis. “Terimakasih.”

“Dia ingin kembali padamu. Yang dia butuhkan adalah dirimu.”

Chanyeol memperlebar senyumnya. “Donghae,”

“Apa?”

“Kau harus menepati janji kita.”

“Tentu saja. Aku tak pernah melanggar janjiku pada orang lain.”

“Donghae.”

“Aku mendengarmu.”

“Jagalah Ayah untukku.”

“Apa? Hey, apa yang kau bicarakan?”

“Ayah suka meminum kopi panas di pagi hari saat sedang tak sibuk.”

“Chanyeol, apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti.”

“Maaf, aku tak bisa bersama Miyoung.”

“Chanyeol!”

“Donghae.”

“….”

“Sepertinya Macau tidak terlalu buruk untukku.”

.

.

.

.

“Untukmu. Setangkai bunga mawar putih yang ke seratus delapan puluh sembilan.” Chanyeol tersenyum memberikan bunga itu pada Yoona yang tampak antusias. Ia mengangkat tangannya dan mengelus lembut rambut gadis itu.

“Terimakasih, Oppa. Sebagai gantinya, aku akan membuatkanmu segelas susu hangat.”

Chanyeol tersenyum melihat Yoona yang berjalan tergesa-gesa untuk mengganti bunga mawar lama di dalam vas dengan bunga mawar yang baru saja di bawakannya. Setelah itu Yoona langsung berjalan ke arah dapur untuk membuatkannya segelas susu. Chanyeol menarik napas panjang. Ia menaruh tasnya di sofa depan dan menghampiri gadis itu di belakang.

Oppa.” Yoona tersentak kaget karena tiba-tiba Chanyeol memeluk pinggangnya dari belakang. Gadis itu tersipu malu. Semenjak kejadian ciuman mereka pada malam itu, mereka menjadi sangat mesra. Lebih mendekati sepasang kekasih. “Apa yang Oppa lakukan?”

“Biarkan seperti ini untuk sebentar saja.” Chanyeol menaruh kepalanya di bahu kanan Yoona dan menghirup kuat-kuat aroma tubuhnya yang sangat disukainya. Yoona sedikit menggerakkan tubuhnya karena geli.

Oppa, apakah kau tidak lelah?”

“Aku sangat lelah.”

“Kalau begitu kau harus istirahat. Aku akan mencuci kakimu dengan air jeruk nipis.”

Chanyeol menurut. Ia segera melepaskan tangannya dan menatap Yoona dengan senyum miring.

“Apa?” Yoona mengerutkan dahinya karena bingung. Tiba-tiba Chanyeol mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Yoona. Gadis itu kembali merona. “O-oppa..”

“Aku akan membersihkan diri dulu.” Chanyeol mengacak-acak rambut Yoona dan meninggalkan gadis itu yang masih mematung di tempat.

.

.

.

.

Oppa, kakimu halus sekali. Apakah kau sering pergi ke salon untuk merawat kulitmu?” Yoona mencuci kedua kaki Chanyeol yang duduk di atas ranjang dengan air jeruk nipis hangat. Dengan perlahan ia mengusap telapak kaki laki-laki itu hingga lutut yang berada di dalam ember kecil.

Chanyeol tertawa. “Kulitku memang sudah seperti ini dari dulu.”

“Benarkah?”

“Kalau kau tidak percaya, kau bisa melihat kedua kaki Ayahku.”

“Apakah kaki Donghae Oppa juga sama sepertimu?” Yoona memijat lembut kaki Chanyeol membuat laki-laki itu tersenyum.

“Aku tidak tahu. Tapi aku pernah memegang tangannya. Dia memiliki kulit yang juga lembut.”

“Sebenarnya aku belum pernah melakukan ini sebelumnya pada seorang laki-laki. Maksudku, mencuci kedua kakinya dengan air jeruk nipis hangat.”

“Lalu, bagaimana kau tahu tentang ini?”

“Aku melihatnya di sebuah drama. Seorang istri melakukan hal ini saat suaminya merasa lelah sehabis melakukan pekerjaannya di kantor.”

“Jadi maksudmu, kita adalah sepasang suami-istri?” senyuman yang tiba-tiba muncul di bibir Chanyeol membuat Yoona menghentikan aktivitasnya dan terdiam mematung. Terutama saat mendengar apa yang di katakan oleh laki-laki itu.

“Aku rasa kita selalu membahas sebuah drama jika sedang mengobrol bersama. Seperti di drama-drama saja.” Yoona dan Chanyeol tertawa bersama.

“Kalau saat ini kita sedang ada di dalam sebuah drama, drama apa yang ingin kau pilih?”

“Yang pasti aku tidak ingin drama Gu Mi Ho. Terakhir kali kita membahasnya kau membuatku bingung.” Chanyeol terkekeh mendengar jawabannya. “Bagaimana kalau—“

“Full House?”

Yoona mengernyit. “Aku tidak ingin menjadi Han Ji Eun.”

“Kenapa?”

“Aku tidak ingin terjebak dalam pernikahan kontrak. Apalagi dengan seorang artis.”

Chanyeol kembali tertawa. “Bagaimana kalau drama Rooftop Prince?”

“Han Ji Min gadis yang cantik. Tapi saat jadi Bu Young dia mati.”

“Kalau begitu Reply 1997?”

“Ah, aku suka! Aku suka drama komedi romantis.”

“Aku ingin menjadi Young Jae. Meskipun dia laki-laki yang munafik, tapi dia cerdas dan romantis.”

“Si Won gadis yang lucu dan bodoh. Dia rela berdoa agar Ayahnya mengidap penyakit kanker demi sebuah celana jeans.” Mereka kembali tertawa geli.

“Sepertinya menyenangkan mengulang kembali masa-masa saat SMA dulu.”

“Benar.” Yoona tersenyum lebar. “Aku jadi ingat bagaimana aku menjadi seorang siswi SMA bersama teman-temanku. Yuri, Sura, Himchan, Kris, dan Jongin. Ah, aku merindukan mereka!”

Chanyeol mengulum senyum. Ia hanya terdiam menatap Yoona yang sedang mengusap kedua kakinya dengan kain kering.

“Selesai.” Gadis itu berdiri lalu membawa peralatan ke dapur. Chanyeol mengikutinya dari belakang. “Oppa, kenapa kau berjalan-jalan seperti itu? Seharusnya kau tunggu kering dulu di kamar.”

“Ini sudah kering.” Chanyeol memajukan tubuhnya lalu memeluk Yoona erat. “Terimakasih. Aku merasa lebih baik sekarang.”

“Apakah kau merasa nyaman setelahnya?”

“Aku selalu merasa nyaman jika berada di dekatmu.”

“Dasar.” Yoona tersenyum lalu membalas pelukannya.

“Yoona.”

“Apa?”

“Aku sangat senang bisa hidup bersamamu. Tapi sebenarnya sampai sekarang aku masih tak mengerti dengan hubungan yang terjadi di antara kita.”

Yoona melepaskan diri lalu menatap Chanyeol dengan wajah meronanya. “Apa maksudmu, Oppa?”

Chanyeol hanya tersenyum membuat Yoona terdiam. Tiba-tiba Chanyeol mendekatkan wajahnya pada wajah Yoona. Perlahan gadis itu menutup kedua matanya dan mengulum senyum tipis. Ia benar-benar antusias menantikan apa yang akan terjadi padanya selanjutnya.

“Ayo kita makan Dosirak dan Yangnyeom tongdak untuk makan malam.” Chanyeol mengacak-acak rambut Yoona dan berlalu masuk ke dalam kamarnya. Yoona menarik napas berat. Ia menatap Chanyeol dengan tatapan sendunya.

.

.

.

.

Oppa, kau mau kemana?” Yoona terlihat bingung saat menatap Chanyeol yang pagi-pagi sekali sudah keluar dari kamarnya dengan membawa sebuah koper besar. Gadis itu lalu mengikutinya ke arah ruang depan.

“Aku akan pergi ke Macau untuk urusan pekerjaan.”

Oppa akan pergi lagi?” Yoona menatapnya sedih. “Kenapa kau suka sekali meninggalkanku sendirian disini?”

Chanyeol mengusap pipi Yoona dengan sebelah tangannya. “Maafkan aku. Tapi aku tetap harus pergi, investorku hanya ingin bekerja sama kalau aku yang datang padanya.”

Yoona mengeluh panjang. Beberapa menit kemudian, akhirnya ia mengangguk. “Berapa lama?”

“Aku tidak tahu.”

“Jangan pergi terlalu lama. Aku tidak ingin sendirian.”

Chanyeol memeluk Yoona erat. Terdengar napas laki-laki itu yang naik-turun seperti menahan sesuatu. Chanyeol menutup kedua matanya sejenak.

“Apakah aku tidak bisa ikut?”

“Percuma jika kau ikut denganku. Aku tidak memiliki waktu luang sedikit pun.”

Yoona mempoutkan bibirnya. “Baiklah, hati-hati Oppa. Dan ingat, jangan pergi terlalu lama. Aku.. membutuhkanmu.”

Chanyeol tidak menjawab. Dia segera mengambil koper dan menariknya ke arah pintu. Yoona menatapnya dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Saat ingin menyentuh handle pintu, tiba-tiba Chanyeol berbalik dan kembali memeluk Yoona erat.

“Aku akan sangat merindukanmu.”

Oppa..” akhirnya gadis itu terisak di pelukannya. Chanyeol yang mendengarnya hanya menarik napas panjang.

“Kau harus baik-baik disini. Jika bunga mawarmu sudah layu, kau bisa membelinya di dekat apartemen. Makanlah dengan baik, jangan sampai sakit.”

Yoona tetap terisak meskipun Chanyeol sudah melepaskan pelukannya. Entah kenapa dia tiba-tiba menangis padahal laki-laki itu pernah meninggalkannya ke Jepang selama dua hari. Yoona merutuki dirinya sendiri yang terlalu kekanak-kanakan.

“Aku pergi.” Sekali lagi Chanyeol memeluknya sekilas. Lalu segera menghampiri pintu setelah melihat anggukkan kepala dari Yoona. Gadis itu mengangkat sebelah tangannya untuk melambai padanya. Chanyeol membalasnya dengan senyuman manis. Ia segera membuka pintu dan menutupnya perlahan. Selama beberapa menit ia hanya terdiam di depan pintu. Menutup kedua matanya sesaat, akhirnya Chanyeol melangkahkan kedua kakinya dengan mantap setelah menjatuhkan airmata yang sedari tadi di tahannya.

.

.

.

.

Setengah jam telah berlalu. Yoona menaruh kepalanya di atas meja makan dengan wajah lesu. Airmata yang sedari tadi menempel di kedua matanya sudah mengering. Ingin sekali ia mengambil ponselnya dan menelepon Chanyeol untuk mendengar suaranya. Tiba-tiba Yoona sangat merindukannya, padahal mereka baru saja berpisah selama kurang lebih tiga puluh menit.

Suara bel pintu apartemen yang berbunyi membuat gadis itu segera mengangkat kepalanya dan berlari ke arah pintu. Jantungnya berdegup sangat kencang, ia menerka-nerka siapa yang menekan bel itu. Sembilan puluh persen lebih ia berharap bahwa itu adalah laki-laki yang baru saja dipikirkannya.

Opp—“

“Yoona.”

Senyum Yoona perlahan memudar saat mendapati Donghae yang berdiri di depan pintu. Laki-laki itu mengulas senyum lebar padanya. Yoona hanya menunduk dan mempersilahkan Donghae untuk masuk.

“Ada apa Oppa menemuiku?”

“Aku merindukanmu, Yoona.”

Yoona tersenyum miris. “Oppa datang hanya untuk mengatakan ini?”

“Sebenarnya.. aku datang untuk mengantarkan ini padamu.” Donghae menyodorkan sebuah amplop putih tipis pada Yoona. Gadis itu mengernyit. “Ini dari Chanyeol untukmu.”

Oppa..!” Yoona segera mengambil surat itu dari tangan Donghae. “Kenapa dia menyerahkan ini padamu?”

“Sebelum aku menjawab, bisakah aku bertanya sesuatu padamu?”

“Eum.. katakan saja.”

“Apakah kau mencintai Chanyeol?”

Yoona terdiam.

“Kau tidak bisa menjawabnya?”

Oppa,,” Yoona menaruh surat itu di atas meja lalu menatap Donghae. “Untuk apa Oppa menanyakan itu?”

“Aku mencintaimu, Yoona. Aku ingin kau kembali bersamaku. Bukankah kau juga mencintaiku?”

“Aku tidak tahu, Oppa.” Yoona menunduk. “Semenjak kau meninggalkanku, tiba-tiba aku tak mengenali perasaanku sendiri.”

“Apakah itu karena Chanyeol?”

“Chanyeol Oppa laki-laki yang sangat baik padaku. Dia selalu membuatku tertawa dan tersenyum. Dia tak pernah mengecewakanku.”

“Kau hanya tak mengerti, Yoona. Seandainya aku tak sakit, aku juga tak ingin meninggalkanmu. Aku awalnya memang ingin mengajakmu pergi ke Amerika untuk menemaniku berobat. Tapi itu semua keinginan Chanyeol. Dia yang ingin aku pergi bersama Miyoung sementara kau bersamanya. Aku tak tahu alasan yang sebenarnya kenapa dia melakukan itu.”

“Apa..”

“Aku melakukan ini untukmu, Yoona.. ku mohon mengertilah.”

Setetes airmata jatuh dari pelupuk mata Yoona. “Kalau begitu kenapa kau tidak memberitahuku tentang masalah itu? Kenapa kau tidak memberitahuku tentang penyakitmu? Kenapa? Sebenarnya kau anggap aku apa saat itu?!”

“Yoona..” Donghae berjalan mendekat pada Yoona namun gadis itu menahannya. “Yoona, dengarkan aku.”

“Jangan mendekat.” Yoona menggeleng sembari terus menangis. Ia berusaha menjauhi Donghae sebisa mungkin. “Ku bilang jangan mendekat!”

“Aku benar-benar mencintaimu, Yoona. Ku mohon berikan aku satu kesempatan lagi.”

“Aku ingin bertemu Chanyeol Oppa.” Yoona berbalik dan berjalan untuk mencari ponselnya. Namun saat ia menemukan smartphone berwarna putih itu, perkataan Donghae berhasil menghentikannya.

“Chanyeol sudah pergi. Ia pergi ke Macau untuk menetap disana. Dia benar-benar pergi meninggalkanmu.”

.

.

.

.

Untukmu, Yoona-ku tersayang

Entah kenapa aku ingin membuat surat ini untukmu. Aku membuatnya tadi malam pada jam sebelas. Mendadak sekali, bukan? Tapi aku senang aku akan membuat surat ini untukmu.

Kau tahu, sebenarnya aku memililki rahasia yang tak kau ketahui. Setiap malam, aku selalu menatap wajahmu saat kau tertidur. Mengusap pipimu yang selalu merona jika bersamaku. Dan berdoa agar kau selalu tersenyum dan hidup bahagia bersama orang yang kau cintai.

Im Yoona. Gadis berumur 24 tahun yang hobi makan kue ikan dan menyenangkan. Kau adalah gadis yang pertama kali membuatku berdebar-debar. Kau pasti terkejut saat tahu kalau kita adalah teman semasa kecil. Ya, aku adalah laki-laki yang kau temui di tempat penjual kue ikan. Saat itu kau masih berumur 4 tahun dan aku 5 tahun. Kau bercerita panjang padaku tentang kue ikan yang selalu kau makan. Kau begitu antusias menceritakan betapa kau menyukai kue itu. Sangat manis. Bahkan aku lupa kalau aku sedang membeli kue untuk Ayahku. Tapi kita mengobrol bersama hingga sore hari. Di saat itulah hatiku berdebar-debar karena dirimu.

Kita bertemu kembali keesokkan harinya di tempat yang sama. Kali ini kau bercerita tentang keinginanmu untuk menjadi seorang putri duyung. Sungguh, pemikiranmu saat itu sungguh menakjubkan meskipun kau masih seorang gadis kecil. Aku masih mengingatnya, bagaimana kau yang ingin dicintai oleh laki-laki yang kau cintai. Saat itulah kau bertemu dengan Lee Donghae, laki-laki yang menarik perhatianmu.

Sepuluh tahun kemudian, kita berada dalam satu sekolah yang sama. Kau terus memperhatikan Donghae dan berharap bahwa kau bisa bersamanya. Awalnya aku tak mau membantumu, entah kenapa dadaku selalu sesak melihatmu selalu membicarakannya. Dan akhirnya aku mengalah, aku membantu kalian untuk dekat. Hingga saat itu tiba, saat kalian baru saja meresmikan hubungan kalian, kau dan Donghae tertabrak oleh pengendara truk yang sedang mabuk. Donghae kritis selama dua bulan sementara kau hanya koma selama dua minggu. Saat kau membuka matamu, tiba-tiba kau tidak mengenalku. Kau tidak mengingat lagi kebersamaan kita. Kenangan-kenangan saat kita makan kue ikan bersama saat kecil. Dan melupakan perasaanmu pada Donghae. Sementara Donghae trauma dengan kejadian itu. Ia melupakan semua yang terjadi sebelum kecelakaan, termasuk dirimu. Aku hanya bisa pasrah saat orangtuamu membawamu untuk tinggal di Mokpo. Meninggalkan aku dan kenangan yang telah terjadi di antara kita selama bertahun-tahun.

Lima tahun kemudian. Kita bertemu lagi di pasar Donghae, tapi kau sama sekali tak mengenalku. Padahal setiap hari aku selalu menunjukkan diriku padamu di pasar. Tapi kau tetap bungkam. Seperti tak tahu bahwa ada makhluk sepertiku di dunia ini. Selama satu tahun aku selalu memperhatikanmu dari jauh. Mencoba melindungimu dari anak-anak nakal yang selalu mengganggumu yang sedang membantu Bibi penjual ikan untuk mencari uang tanpa sepengetahuanmu.

Aku tak pernah tahu bahwa hidupmu sesulit itu. Setelah orangtuamu meninggal karena kecelakaan, kau hidup seorang diri mencari nafkah untuk biaya hidupmu dan sekolah. Tapi kau adalah gadis yang cerdas. Kau dapat menyelesaikan semuanya tanpa mengeluh.

Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengembalikan senyummu yang sempat hilang. Saat itu aku sengaja membuat Donghae bertemu denganmu dan akhirnya kalian dapat bersama lagi. Aku bahagia, meskipun rasanya sakit seperti berubah menjadi buih. Yang perlahan menghilang bersama angin. Aku senang karena akhirnya aku kembali menjadi pangeranmu, menyelamatkan kebahagiaanmu dan membuatmu bersama dengan orang yang kau cintai. Kalian berdua sama-sama tak tahu bahwa dulu kalian adalah sepasang kekasih. Terdengar lucu, seperti di dalam sebuah drama.

Namun saat mendengar bahwa Donghae mengidap penyakit yang sama seperti Ibunya, aku malah menggunakan kesempatan itu untuk membuatmu bersamaku. Memanfaatkan Miyoung agar Donghae percaya padaku. Karena kebetulan, gadis itu memang menyukai Donghae. Maafkan aku, Yoona. Aku tak tahu bagaimana caranya lagi supaya aku bisa bersamamu. Meskipun kau hanya mencintai Donghae. Aku hanya ingin kau bahagia bersamaku walau hanya sesaat. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya membahagiakanmu, dan melewati beberapa hari yang cukup bersamamu. Aku memang egois. Aku tak pantas kau anggap pangeranmu lagi. Aku adalah penyihir jahat yang berusaha memisahkan kalian. Maafkan aku, Yoona.

Kini, tak akan ada lagi yang bisa memisahkan kalian. Aku sudah merasa cukup tinggal bersamamu dengan semua keceriaan dan kebahagiaan yang kita buat. Tapi aku berharap kau bahagia tinggal bersamaku selama ini. Dan seperti apa yang ku katakan sebelumnya, jangan pernah membenci Donghae. Dia benar-benar mencintaimu. Kalian pantas untuk bahagia.

Maaf karena aku pergi meninggalkanmu secara tiba-tiba. Karena ini satu-satunya cara yang harus aku lakukan. Jika kau ingin membenciku, bencilah aku. Jangan membenci Donghae. Sesungguhnya aku menyayanginya seperti kakak kandungku sendiri. Aku tak ingin membuatnya kembali menderita karena keluargaku. Karena kesalahan Ayahku.

Yoona.. ku harap kau bisa menjalani kehidupanmu sebagai manusia dengan baik. Aku akan menghilang seperti buih. Hidup bahagialah bersama Donghae, mungkin aku memang tak di takdirkan untuk hidup bersamamu.

Yoona, sudah lama aku ingin mengatakan ini. Sudah 20 tahun, aku tak menyangka aku dapat menahannya. Perasaan ini.. sungguh aku hanya merasakannya padamu. Maaf aku tak pernah terus terang padamu. Aku terlalu pengecut. Seperti Yoon Yoon Jae, aku adalah laki-laki yang munafik. Aku bodoh karena aku jatuh cinta.

Aku berharap suatu hari nanti kita dapat bermain di sebuah drama yang sama. Dengan kau dan aku yang menjadi peran utamanya. Kau masih ingat dengan drama Emergency Couple? Jin Hee dan Chang Min kembali bersama. Seperti yang kau inginkan, karena mereka saling mencintai.

Sebenarnya aku tak pernah mempermasalahkan tentang cinta lama atau cinta baruku. Karena cinta lama dan cinta baruku adalah orang yang sama. Orang yang membuatku kembali jatuh cinta padanya.

Kau tahu, putri duyung itu bukanlah seorang monster. Dia adalah seorang Gu Mi Ho yang secara tidak langsung terikat pada Cha Dae Woong. Ku harap kita akan berakhir seperti akhir dari drama-drama romantis yang kau sukai.

Saranghae..

Biarkan aku untuk menjadi pangeranmu yang sesungguhnya

Dan, semoga kita dapat bertemu kembali.. Istriku.

Aku selalu mencintaimu.

Park Chanyeol

.

.

.

.

5 years later..

Appa! Appa! Setelah sampai rumah nanti, aku ingin makan ramyeon!”

Chanyeol menatap seorang gadis kecil yang berjalan bergandengan tangan di sebelahnya dengan senyum lebar. “Yoochan­-ah, kau harus makan nasi. Nanti kau bisa sakit.”

“Kalau begitu, Appa. Aku ingin makan kimchi, ddukbeokki, dan sigumchi namul.

“Baiklah. Eomma pasti sudah memasak di rumah.”

Yoochan bersorak gembira saat Ayahnya menyetujuinya. Chanyeol hanya tersenyum menanggapi. Satu jam kemudian, mereka akhirnya sampai di rumah. Yoochan langsung menghampiri seorang wanita berambut panjang yang sedang sibuk di dapur.

Eommaa..! Kami sudah sampai.”

Yoona menoleh dan langsung tersenyum. Ia berjongkok di depan Yoochan. “Akhirnya kalian sampai. Apakah Yoochan haus? Dimana Appa?”

“Aku disini.”

Yoona langsung berdiri dan menyambut dengan hangat Chanyeol yang memeluknya. Ia tersenyum lalu kembali pada Yoochan. “Bagaimana perjalanannya? Menyenangkan?”

Yoochan mempoutkan bibirnya. “Perjalanannya tidak mengasyikkan. Eomma, aku ingin tinggal di korea selamanya. Jangan kembali lagi ke Macau.”

Yoona kembali tersenyum pada gadis kecilnya yang merenggut. Ia mengangguk. “Baiklah, Eomma mengerti. Sebenarnya Eomma juga tak menyukai negara itu. Tapi karena Eomma ingin memperjuangkan cinta Eomma pada Appa,” Yoona menatap Chanyeol yang mengulum senyum padanya. “Terpaksa Eomma menyusul Appa ke sana.”

“Syukurlah kalian bisa bersama.”

“Dasar gadis kecil.” Chanyeol mengangkat tubuh Yoochan dan membawanya ke ruang tengah. Yoona mengikutinya setelah melepas celemek.

5 tahun lalu, adalah kejadian yang tidak bisa di lupakan oleh Yoona. Bagaimana ia yang berlari sekuat tenaga ke bandara untuk menemui Chanyeol. Mencarinya ke seluruh sudut bandara Incheon untuk menemukan laki-laki itu. Namun pesawat menuju ke Macau sudah lepas landas sepuluh menit yang lalu. Yoona hanya bisa menangis dan menyesal karena tak pernah menyadari perasaannya yang sesungguhnya pada Chanyeol.

Dua hari kemudian, Yoona akhirnya mengatakan semua perasaannya pada Donghae. Bahwa mungkin laki-laki yang di cintainya sejak dulu adalah Chanyeol, laki-laki yang menemaninya memakan kue ikan di pinggir jalan. Laki-laki yang membantunya bisa mengenal Donghae—laki-laki yang di sukainya untuk pertama kali. Saat itu Yoona hanya seorang gadis kecil yang belum mengerti tentang cinta. Dia telah menganggap Donghae orang yang disukainya karena laki-laki itu membantunya saat ia terjatuh dari sepeda. Ia salah mengerti perasaannya pada Chanyeol yang selalu melindunginya. Chanyeol adalah seorang kakak baginya, orang yang selalu menjaganya. Yoona kini mengingat tentang semua masa lalunya bersama Chanyeol yang sempat terlupakan. Dan ia menyadari bahwa Donghae hanyalah perantara. Cintanya, adalah laki-laki yang baru saja pergi meninggalkannya ke Macau.

Donghae sedikit demi sedikit mulai menerima semua jawaban dari Yoona. Ia pun mulai mengingat kembali pada sosok gadis yang sempat menjadi kekasihnya dulu. Ia akhirnya menyadari bahwa mungkin ia harus memilih gadis yang mencintainya dari pada gadis yang di cintainya. Miyoung adalah orang yang tepat untuknya. Ia pun mengajak gadis itu untuk tinggal bersama di Amerika dan mereka menikah disana.

Akhirnya Yoona menyusul Chanyeol ke Macau setelah kepergian Donghae dan Miyoung ke Amerika. Ia langsung mengatakan bahwa ia mencintainya, dan ingin selalu berada di sampingnya. Ia yakin ia tidak akan pernah berubah menjadi buih karena Chanyeol adalah pangerannya yang sesungguhnya. Dengan senyum lebar, Chanyeol memeluk Yoona dan melamar gadis itu disana. Di tempat pertama mereka bertemu di negara itu. Tempat penyebrangan umum yang sangat ramai karena mereka berdua.

Chanyeol menoleh pada Yoona yang sedang mengelus wajah Yoochan yang tertidur di pangkuannya. Laki-laki itu menggenggam tangannya membuat gadis itu menoleh. “Apakah keluarga kita seperti di drama-drama Korea?”

Yoona tersenyum. Dia terdiam cukup lama, lalu menggeleng. “Keluarga kita berbeda dengan hal apapun. Karena keluarga kita bukanlah sesuatu yang dapat disamakan seperti rekayasa.”

“Seandainya kau tak menyusulku ke Macau, mungkin kita akan sama seperti drama Sorry I Love You.

“Jadi kau akan mati seperti Woo He?”

“Baiklah, lupakan tentang drama.”

Yoona tersenyum geli. “Sebenarnya aku ingin hidup kita seperti drama Princess Hours. Mereka lucu!”

“Kurasa drama Fullhouse cocok untuk kita. Tiba-tiba aku berubah pikiran tentang dunia akting.”

“Bukankah sudah ku bilang kalau aku tak ingin terikat dengan pernikahan kontrak?”

“Tapi kau mungkin bisa mencobanya. Itu akan terasa menyenangkan.”

“Kau ini bagaimana? Aku—“

Sassy Girl Chun Hyang?”

“Drama kuno! Aku tak suka jika rambutku di ikat seperti Chun Hyang.”

“Hey, pelankanlah sedikit suaramu. Nanti Yoochan bisa bangun.”

“Kalau begitu drama Gap Dong saja. Aku yang akan menjadi Gap Dong dan kau akan ku bunuh berkali-kali. Ha ha!”

“HEY!”

Eommaaa…!! Appaaa…!! Kalian mengganggu tidur siangku..!!”

Yoona dan Chanyeol saling berpandangan. Senyum geli langsung terulas di bibir keduanya.

디엔

12 thoughts on “Bad Romance (벧 로맨스)

  1. Eiiiiy iniiii bagus thor^^
    Awalnya hft chanyeol diawal kayaknya jd pihak yg paling tersakiti yaa, karena dia harus mendem perasaan karena dia tau yoona pacarnya donghae:”
    Tapiii aku suka karena akhirnya chanyeol-yoona bersatu, dan donghae juga perlahan udh ngerelain yoona;3
    Aku suka banget pokoknya, keep writing thor!fighting^^

    Like

  2. wuah manis banget ffnya.. serius ini bikin senyum2 gaje deh thor.. bikin sequel dong PLAK! #banyak maunya.. -_-

    aigoo aigoo chanyeol-ah! Kamu… bener-benerbikin melting dah! gara-gara kebanyakan baca ff disini aku jadi suka ama ini couple.. sebelumnya aku jarang baca ff yoonchan.. jarang nemu juga sih selain yoongexo -_-

    ffnya keren banget, ih authornya kreatif deh pake drama sebagai inti2 kejadiannya.. hahaha aku spechless loh bacanya.. ffnya bagusnya kebangetan deh!!
    ok deh, ditunggu karyamu yang lain.. fighting!!

    Like

  3. endingnya asik.. dan akhirnya yoona dan chanyeol bersatu..
    endingnya bener2 seru apalagi waktu yonnachanyeol adu mulut anaknya teriak soalnya mereka ganggu tidur siangnya yoonchan bener2 lucu..

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.